Tradisi Siat Yeh adalah merupakan tradisi yang dilaksanakan sehari setelah hari
Raya Nyepi (ngembak geni) oleh masyarakat jimbaran. Setelah seharian penuh
masyarakat Desa Adat Jimbaran melaksanakan Catur Brata Penyepian esoknya
masyarakat Desa Adat Jimbaran berkumpul di Pura Ulun Suwi bersama anak–anak
kemudian disana dilaksanakan acara /kegiatan makecel–kecelan(main air).
Desa Adat Jimbaran memiliki dua sumber mata air yaitu ditimur disebut pantai
suwung (air rawa) sedangkan dibarat disebut pantai segara. Oleh sebab itu pada acara
mekecel–kecelan (main air) anak–anak muda terbagi menjadi dua kelompok yaitu
pemuda dari Br.Teba, Br.JeroKuta, Br.Kalang Anyar dan Br. Perarudan mereka akan
main ketimur yaitu Suwung (rawa) sedangkan pemuda Br. Menega, Br.Pesalakan,
Br.Mekar Sari dan Br.Ubung mainya ke barat yaitu pantai segara (laut). kemudian di laut
dan di rawa mereka saling menyiramkan air antara satu kelompok dengan kelompok
yang lain kegiatan tersebut sudah dilakukan sejak dahulu dan kemudian oleh seorang
tokoh adat setempat kegiatan mekecel-kecelan di sebut juga atau dinamai dengan Tradisi
Siat Yeh.
Tradisi Siat Yeh juga dimaknai sebagai tradisi yang mempertemukan dua sumber
tirta (mata air) yang berada di Desa Adat Jimbaran. Kedua sumber tirta tersebut adalah
air laut di pantai segara dan air suwung (rawa). Selain kesannya mempertemukan kedua
sumber air tersebut, juga mempunyai makna yang mendalam dimana tradisi Siat Yeh
dalam etimologi Siat yang berarti perang merupakan makna yang pada hakekatnya
manusia dalam kehidupan kesehariannya sebenarnya selalu berperang dengan dirinya
sediri atau pikiran-pikirannya sendiri setiap hari kita berperang dengan diri kita sendiri
antara keinginan yang baik dan tidak baik sedangkan kata Yeh berarti air merupakan
sumber kehidupan manusia shingga sumber air tersebut harus selalu dijaga dan dihormati
sehingga nantinya dengan menjaga kedua sumber air tersebut, masyarakat bisa
mendapatkan kemakmuran.
Pelaksanaan Tradisi Siat Yeh yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat
Jimbaran juga sebagai perwujudan rasa syukur dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa dimana dalam pelaksanaanya juga terdapat persembahan berupa upakara atau
banten dan diiringi berbagai seni tetabuhan sebagai perwujudan seni /estetika.
Selain makna di atas tradisi Siat Yeh juga mengandung makna sebagai
pelestarian ritual, sebagai pelestarian ritual tradisi ini selalu diadakan /rutin diadakan
setiap enam bulan sekali yaitu sehari setelah perayaan hari Raya Nyepi yaitu salah satu
hari suci bagi umat hindu dan juga tradisi Siat Yeh sebagai penglukat agung yang
mengandung arti sebagai salah satu usaha membersikan dan menyucikan diri pribadi
melalui sarana berupa air tawar dan air laut, agar dapat mendekatkan diri pada Ida Sang
Yang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).