Seni pertunjukan kethoprak merupakan salah satu jenis teater tradisional yang memiliki sejarah panjang. Pada awalnya kesenian ini dianggap sebagai produk masyarakat desa namun bukan sebagai seni pedesaan. Kethoprak digolongkan sebagai seni pertunjukan kitsch yaitu kelompok dengan bentuk-bentuk kesenian yang tidak dapat disebut kesenian istana dan juga bukan kesenian rakyat. Secara etimologi kethroprak berasal dari kata “tiprak” yaitu sebuah alat pertanian yang berbunyi “prak”, “prak”, “prak”. Menurut Pustaka Raja Purwa jilid II karya R. Ng. Ranggawarsita seperti dikutip oleh Handung Kus Sudyarsana menyatakan bahwa bunyi-bunyian yang bernama kethoprak mempunyai arti “kothekan”. Kethoprak sebagai seni pertunjukan kategori teater rakyat memiliki karakterisasiter sendiri yang terdiri dari: a. Lakon, adalah susunan peran dengan pola perwatakan dan permainannya, pembabakan, pengadegan, dan aspek-aspek lain yang bersangkutan dengan kebutuhan lakon, baik yang tertulis secara rinci atau tidak tertulis berdasarkan cerita; b. Pemain, adalah orang-orang yang membawakan peran-peran di dalam lakon; c. Dialog, adalah percakapan antar pemain sebagai salah satu bentuk permainannya; d. Akting, adalah bentuk-bentuk dan sikap-sikap pemain sesuai dengan tuntuan cerita; e. Bloking, adalah peraturan posisi pemain ketika pemain; f. Busana, adalah pakaian yang dikenakan oleh para pemain sesuai tuntutan cerita; Dalam kethoprak terkandung unsur ekspresi: 1. Tata nilai hidup, seperti etika kekuasaan, kepemimpinan, penguasa dan rakyat dan tata nilai terkait perilaku hidup individu dalam masyarakat yang tercermin dari unggah unguh, andha usuk basa, suba sita, dan trapsila, sehingga kethoprak bisa menjadi sumber tata nilai melalui ekspresi seni. 2. Penampilan kethoprak selalu berikut adat istiadat yang tercermin dari ceritanya. 3. Penggunaan bahasa (Jawa) sebagai ekspresi adab langsung memperlihatkan tata krama hidu. 4. Sebagai seni drama panggung, kethoprak juga mengenalkan tradisi pemanfaatan teknologi dalam senia seperti penggunaan tata lampu, trik-trik pertunjukan, tata suara dan sekarang dengan pemenfaatan teknologi digital. Kethoprak mengajarkan perilaku adaptif terhadap tuntutan perubahan, yang berarti kethoprak mengandung tuntutan dalam teknologi berpikir. 5. Kethoprak juga mempunyai fungsi propaganda pembangunan atau sebagai sarana literasi publik yang berpengaruh untuk mendorong perubahan. 6. Kethoprak juga mengandung kekuatan sebagai komoditas kreatif karena membawa pengaruh kesejahteraan pelakunya. Kondisi saat ini untuk warisan budaya tak benda Kethoprak Yogyakarta masih sangat diminati oleh masyarakat sekitar, hal ini ditunjukkan dengan generasi muda sudah mulai banyak melakoni peran di dalam Kethoprak. Tujuan khusus sebagai pesta perayaaan sandiwara dan menyemangati pejuang dahulu dengan memainkan sejarah kemerdekaan, dan juga sebagai propaganda pemerintah. Kethoprak dilaksanakan kapan saja sesuai kebutuhan, untuk lokasi sendiri bebas dimana saja. Untuk pemain lakon didalam Kethoprak itu sebanyak 20-30 orang tetapi untuk kolosal bisa mencapai 50 hingga ratusan pemain. Pola gerakan khusus Kethoprak tidak ada hanya bisa disisipkan dengan tarian dan nembang lagu. Kelengkapan yang digunakan untuk memainkannya meliputi Gamelan, Tembang, Kostum, dan Etika. Permasalahan yang dihadapi bagi maestro adalah kurangnya anggaran atau modal dikarenakan Kethoprak itu sudah menjadi pentas rutin dan pemainnya yang banyak sehingga untuk dibagi rata honor itu masing-masing hanya mendapatkan 250.000 dan mereka sudah melakukan latihan berhari-hari, tidak sebanding dengan lakon yang durasinya 3-4 jam atau bahkan sampai pagi. Apresiasi masyarakat sangat antusias hingga anak remaja ikut serta memainkan lakon tersebut. Yang dilakukan masyarakat agar WBTb Kethoprak ini tetap terlestari adalah dengan melalui workshop berdurasi pendek yang menghasilkan output berupa naskah, etika dan bahasa.