Wayang Suket Mbah Gepuk adalah wayang suket khas Purbalingga yang dibuat dengan bahan dasar rumput kasuran dengan kreasi anyaman mengikuti pola yang diciptakan oleh Kasan Wikrama Tunut atau Mbah Gepuk selaku penemu atau pencipta wayang suket. Mbah Gepuk memiliki nama asli Kasan Wikrama Tunut. Ia lahir di Desa Wlahar, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga pada tahun 1905-2002. Kini pembuatan wayang suket diteruskan oleh Badriyanto yang merupakan satu-satunya cucu atau generasi ketiga penerus wayang suket. Saat ini, Badriyanto merupakan satu-satunya cucu atau generasi ketiga penerus wayang suket. Ia memiliki garis kekerabatan langsung dengan Kasan Wikrama Tunut atau Mbah Gepuk, pencipta wayang suket. Saat ini, nasib keberlangsungan perkembangan Wayang Suket Mbah Gepuk berada di tangan Badriyanto.
Wayang Suket Mbah Gepuk memiliki karakteristik yang unik. Wayang ini memiliki detail pada anyamannya. Selain itu, wayang suket ini juga dibuat dengan bahan khusus, yaitu rumput kasuran. Suket yang digunakan sebagai unsur utama dalam pembuatan wayang ini adalah jenis suket yang langka yaitu suket kasuran. Kasuran adalah jenis rumput yang hanya tumbuh pada bulan Sura atau Suro dalam sistem kalender Jawa. Nama Kasuran sering disebut atau dilafalkan ‘Kasuron’ dalam bahasa Jawa Keraton Yogyakara-Solo. Nama ini diambil dari nama bulan pertama dalam sistem kalender tersebut. Rumput ini memiliki lubang pada urat di tengah daunnya. Rumput ini juga tidak mudah putus. Sebelum digunakan, rumput kasuran harus direndam dalam air hingga layu, setelah itu rumput dipukul-pukul agar pipih dan layu. Setelah rumput siap untuk dijadikan anyaman, maka rumput dianyam menjadi bagian dari kerangka wayang.
Sebelum dianyam, batang-batang rumput kasuran direndam selama satu jam. Rumput kasuran berwarna kuning kecoklatan. Rumput ini memiliki serat dan batang yang lentur. Rumput ini juga kuat sehingga dapat dijadikan sebagai bahan utama pembuatan wayang suket. Rumput yang dipilih untuk pembuatan wayang suket adalah yang memiliki panjang antara 50cm sampai 70cm. Saat ini Badriyanto berinisiatif membudidayakan rumput kasuran secara khusus sebagai bahan pembuatan wayang suket. Ciri khas bentuk Wayang Suket Mbah Gepuk, adalah: 1. Bentuk anyaman halus, rapi,dan teratur, terlihat anyaman yang sesuai dengan bentuk aslinya pada bentuk mata, hidung, gelung, sumping, gelang, dan kunca; 2. Secara keseluruhan ornamen yang dibentuk melalui anyaman suket sudah sesuai dengan tokoh wayang kulit yang menjadi patokannya; 3. Ukuran wayang suket dibuat sama dengan ukuran wayang kulit purwa pada umumnya.
Proses pembuatan wayang ini dibagi dalam 4 teknik dasar anyaman, yaitu anyamangedheg, kelabangan, tikaran dan sarang lebah.Bentuk wayang suket terlihat tidak proporsional, karena tidak ada proses pengemalan. Ukuran wayang dibuat dengan cara memperkirakan proporsi wayang. Bagian wayang in didominasi anyaman yang melintang kaku, namun memiliki nilai estetis dan unik. Wayang suket Mbah Gepuk dibuat dengan pola mengikuti wayang gagrak Surakarta dimana dilihat dari bentuk badan wayang yang jenjang dan terlihat kurus.
Struktur wayang suket Mbah Gepuk dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: (1) Bagian atas atau kepala yang dibuat sederhana. Bagian kepala dibuat dengan tiga jenis anyaman; yaitu gedheg, kelabangan dan tikaran. (2) Bagian tengah; badan, tangan sampai perut terlihat hampir sama seperti wayang kulit, yang membedakan adalah aksesoris seperti gelang dibuat sangat sederhana hanya membentuk bulatan atau seperti angka delapan. Bagaian ini juga dibuat dengan tiga pola anyaman seperti bagian kepala. (3) Bagian bawah; yaitu busanan dibuat seperti menyerupai bentuk wayang kulit, dengan variasi ornamen sehingga tampak indah. Pada bagian bawah ada 4 jenis anyaman yaitu anyaman gedheg, kelabangan, tikaran dan sarang lebah.
Nilai-nilai yang mengakar pada wayang suket adalah ketelatenan, kesabaran, dan keuletan yang dibentuk dibentuk dalam diri seseorang berdasarkan pada olah rasa dan olah jiwa. Simbol-simbol yang terdapat dalam wayang adalah penggambaran karakter hidup manusia. Hal inilah yang membedakan bahwa di dalam wayang ada karakter baik dan karakter buruk yang dibentuk berdasarkan karakter tokoh.
Konsepsi yang ada dalam wayang suket tercermin melalui proses penciptaan wayang yang dibuat dari hidung, kemudian wajah dan kepala, barulah ke badan dan ke bawah. Dalam kehidupan manusia, wajah menandai seseorang. Wayang sebagai wujud abstrak dan simbolis dari kehidupan dibuat dari hidung. Orang Jawa memiliki pemaknaan pada bentuk-bentuk struktur tubuh pada sifat-sifat yang dimiliki bahkan mampu masa depan yang akan terjadi. Pemahaman struktural dalam hidup orang Jawa seperti itu juga dilekatkan dalam karakter wayang sebagai wujud abstrak dan simbolis manusia. Dalam pola itulah, ada nilai budaya pada wayang suket yang hanya menggunakan anyaman jari secara tradisional. Nilai budaya yang ada dalam wayang adalah tujuan hidup mengenai kebenaran sejati. Manusia harus memandang jiwa dan raga dalam ranah-ranah kehidupan. Nilai-nilai itulah yang terkandung dalam wayang yang menyampaikan pesan-pesan kehidupan.