Lomban dapat diartikan “Lomba-lomba” yang berarti masyarakat nelayan pada masa itu bersenang-senang melaksanakan lomba-lomba laut. Adapula sebagian mengatakan bahwa katakata lomban berasal dari kata “Lelumban” atau bersenang-senang. Semuanya mempunyai makna yang sama yaitu merayakan hari raya dengan bersenang-senang setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh. Pesta Lomban merupakan acara puncak dari pekan syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawal atau 1 minggu setelah hari raya Idul fitri. Event inilah yang dinanti oleh masyarakat kota Jepara. Pesta Lomban sering juga disebut dengan Bodo Kupat karena seluruh masyarakat Jepara mulai dari desa hingga perkotaan merayakannya dengan menikmati hidangan kupat lepet dan disertai dengan opor serta sambel goreng.
Ketupat adalah bentuk tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah. Kupat ini terbuat dari beras yang dibungkus daun kelapa muda (janur), rasanya seperti nasi biasa. Sedangkan lepet hampir seperti kupat tetapi terbuat dari ketan disertai parutan kelapa dan di beri garam. Lepet ini rasanya lebih gurih dan dimakan tanpa lauk. Bentuknya bulat panjang 10 cm. Kupat dan lepet dipercaya sebagai tolak balak sehingga kadang kadang hewan hewan peliharaan seperti kerbau dan sapi diberi kalungan kupat lepet agar terhindar dari mara bahaya segala macam penyakit.
Bukan hanya binatang peliharaan tetapi juga rumah, kendaraan, tempat bekerja juga diberi kalungan kupat lepet agar terhindar dari mara bahaya dan selamat, serta sebagai pertanda kebesaran bodo kupat. Selain hidangan khas bakda kupat dengan kupat lepetnya, masyarakat Jepara masih menyediakan aneka macam makanan kecil dan memakai baju baru untuk berpesta di acara pesta lomban di Pantai Kartini.
Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut. Kemudian kepala kerbau ini diperebutkan oleh nelayan nelayan yang telah menanti di tengah lautan karena adanya mitos yang mengatakan bahwa nelayan yang berhasil mendapatkan sesaji kepala kerbau yang dilarung akan mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah.
Pesta Lomban kala itu menjadi saat-saat yang menggembirakan bagi nelayan di Jepara. Pesta ini dimulai pada pagi hari saat matahari terbit, para peserta Lomban telah bangun dan menuju perahunya masing-masing untuk mempersiapkan “Amunisi” guna dipergunakan dalam “Perang Teluk Jepara” baik amunisi logistik berupa minuman dan makanan maupun amunisi perang berupa ketupat, lepet dan kolang kaling. Biasanya petasan dinyalakan untuk membuat suasana lebih semarak. Bunyi petasan yang memekakkan telinga dan peluncuran “Peluru” kupat dan lepet dari satu perahu ke perahu yang lain.
Beberapa perahu nelayan dihias dengan berbagai cara dan awak kapal pun siaga beramai ramai untuk unjuk kekuatan berlomba mengarungi samudera dengan berbagai rintangan. Keberangkatannya menuju “Perang Teluk” berlangsung dimeriahkan dengan gamelan Kebogiro. Suasana perang yang semakin gencar itu berahir setelah dilerai oleh penguasa pengusaha Jepara kala itu (sekarang Bupati Jepara) dan ahirnya semua pasukan perang diajak bersama sama mendarat ke Pulau Kelor untuk makan.
Masyarakat Jepara menganggap Pesta Lomban menjadi sebuah upacara ritual tahunan yang sakral karena perwujudan rasa syukur kepada Tuhan YME yang mampu memberikan kekuatan spiritual yang kuat bagi para nelayan untuk kembali melaut me ncari nafkah dan bagi para nelayan, ritual ini merupakan ritual penolak balak di lautan, sehingga mereka merasa nyaman dalam bekerja.
Pesta Lomban Sekarang
Pesta Lomban masa kini telah dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara. Hal ini nampak partisipasinya yang begitu besar dalam menyambut Pesta Lomban. Dua atau tiga hari sebelum Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan hidangan ketupat lepet.
Pada saat pesta Lomban berlansung semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai Kartini. Pesta Lomban berlangsung sejak jam 06.00 pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dari TPI Jobokuto. Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat Kepala Desa Ujungbatu sekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau yang dipimpin oleh Bapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi do’a oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu pengangkut diiringi Bupati Jepara bersama dengan rombongan.
Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut. Kemudian kepala kerbau ini diperebutkan oleh nelayan nelayan yang telah menanti di tengah lautan karena adanya mitos yang mengatakan bahwa nelayan yang berhasil mendapatkan sesaji kepala kerbau yang dilarung akan mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah.
“Perang Teluk” usai setelah Bupati Jepara beserta rombongan seusai melarung sesaji kepala kerbau merapat ke Pantai Kartini dan mendarat di dermaga guna beistirahat dan makan bekal yang telah dibawa dari rumah. Di sini para peserta pesta lomban dihibur dengan tarian tradisional. Puncak keramaian sendiri berlangsung di Pantai Kartini yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Taman Rekreasi Pantai Kartini, yang mampu menyedot pengunjung lebih dari 40.000 orang wisatawan. Di Pantai ini terdapat sebuah wahana wisata air yang sangat terkenal yaitu Kura Kura Ocean Park yang telah diresmikan pada tanggal 22 februari 2011 lalu. KOP berisi aquarium raksasa air tawar maupun air asin (laut) dengan berbagai biota bawah laut yang eksotis, membuat kita seakan akan berada di bawah laut. Berbagai wahana pendidikan ada di KOP seperti edugames, dan pengetahuan tentang biota laut serta air tawar.
Dengan ragam dan budaya atraksi rakyat nelayan inilah masyarakat Jepara menyempatkan untuk datang dan melihat dari dekat keberadaan pesta Lomban yang berada di Kota Jepara. Bahkan acara ini sudah terkenal hingga keluar kota Jepara. Lomban membuat lalu lintas di sepanjang jalan Kota Jepara dan jalur menuju ke obyek wisata Pantai Kartini, Pantai Tirta Samudera Bandengan dan Benteng Portugis padat dengan lalu lintas para pengunjung. Selain ingin melihat Lomban, para pengunjung juga menyempatkan diri melihat kerajinan ukir Jepara.