Mikul Lodong dalam bahasa Sunda memiliki arti mikul yaitu memikul, dan arti lodong tabung bambu besar atau bambu (awi: Sunda) tempat menampung air yang terbuat dari bambu gombong sepanjang 1 meter. Pelaksanaan Upacara Mikul Lodong di Kampung Cikuturug merupakan modifikasi tradisi yang bukan hanya sekedar membawa air saja, tetapi digunakan untuk ritual yang bertujuan untuk pengukuhan suatu prestasi pada pendidikan murid-murid perguruan pencak silat, yang telah berhasil menguasai jurus-jurus ajaran silat dalam tingkatan atau strata tertentu di Perguruan Pencak Silat Mekar Mandiri, Kampung Cikurutug Desa Tagogapu. Proses Upacara Mikul Lodong dilaksanakan di dua tempat, yaitu halaman/ lapangan tempat pelantikan siswa pencak silat dan di tempat air keramat Cipetir. Berikut struktur pelaksanaan Upacara Mikul Lodong: a) Persiapan 1. Pemangku adat dan masyarakat Cikurutug mempersiapkan sarana dan prasarana ritual yang terdiri peralatan upacara dan sesajen. Adapun peralatan Upacara Mikul Lodong terdiri atas: a. Lodong Gombong yaitu bambu besar untuk dipikul dan Lodong Kele yaitu bambu kecil untuk digendong serta alat untuk memikul yang disebut rancatan. b. Pelengkapan sesajen yang meliputi Ø Prasarana (perlengkapan sesajen yang terdiri atas: parukuyan, arang kayu, dan gentong buyung)
Sarana sesajen terdiri dari sarana yang berupa makanan dan bukan berupa makanan, yang berupa makanan diantaranya dewegan (kelapa muda), air teh, kopi manis, telur ayam dan hahampangan (makanan ringan). Adapun yang bukan berupa makanan terdiri atas: kemenyan hitam, cerutu (siong, adipati), pasangan cermin sisir, pasangan jarum benang, dan daun hanjuang. Ø Selain perelengkapan upacara, masyarakat desa menyiapkan juga aneka hidangan untuk dimakan bersama setelah Upacara Mikul Lodong selesai. Hidangan utama biasanya Nasi Tumpeng yang di dalamya terdiri dari ayam, kentang rebus, dan telur rebus.
b) Pelaksanaan 1. Prosesi Upacara Mikul Lodong dimulai dengan doa bersama para peserta upacara yaitu para siswa perguruan silat dan masyarakat Kampung Cikurutug yang berpartisipasi dalam ritual. Pembacaan doa bersama dilakukan di lokasi tempat pelantikan siswa dilaksanakan, yang bertujuan supaya diberikan kelancaran dan keselamatan selama melaksanakan Upacara Mikul Lodong. Doa yang dipanjatkan terdiri atas doa keselamatan dalam bahasa Arab, yang biasa diucapkan dalam agama Islam, ditambah dengan ungkapan-ungkapan doa dalam peribahasa Bahasa Sunda yang menggambarkan hal-hal yang negatif, sehingga maksudnya mengingatkan agar orang Sunda menghindari hal-hal negatif tersebut. 2. Selesai doa bersama peserta ritual dan masyarakat Cikurutug dengan membawa perlengkapan upacara berbondong-bondong menuju lokasi upacara kedua yaitu tempat air keramat Cipetir dengan jalan kaki selama 30 menit. 3. Tiba di tempat air keramat Cipetir, semua perlengkapan upacara disajikan di depan mata air. Selanjutnya, pemangku adat memulai pelaksanaan upacara di tempat tersebut dengan membakar kemenyan dan cerutu sambil melantunkan doa-doa. Menurut Abah Caca, doa di lokasi mata air Cipetir bertujuan untuk mengungkapkan maksud mengadakan ritual dan memohon kepada Sang Pemilik Semesta supaya diizinkan menggunakan ciptaan-Nya (air Cipetir) untuk dijadikan media ritual inisiasi pelantikan siswa-siswa perguruan silat yang telah mencapai strata/ tingkatan ilmu tertentu. Bahasa doa disampaikan dengan dua bahasa yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Sunda. Ungkapanungkapan kata yang diucapkan dalam doa selalu menyertakan ungkapan kata yang merujuk pada kehadiran leluhur Sunda yang telah meninggal dunia. Bentuk doa yang disampaikan biasanya berkisar antara doa kepada Hyang Rumuhun (Penguasa Semesta) dan para leluhur dari tokoh-tokoh masyarakat Cikurutug yang sudah meninggal dunia.
4. Selesai memanjatkan doa, semua lodong diisi dengan air dari mata air Cipetir. Pengungkapan makna dari simbol - simbol budaya yang terdapat dalam Upacara Mikul Lodong sangat penting untuk masyarakat Desa Cikurutug ketahui. Sebab seringkali penjelasan terkait dengan simbol-simbol yang terdapat dalam Upacara Mikul Lodong menimbulkan pengertian yang beragam dan dianggap berbahaya untuk kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Sunda yang mayoritas beragama islam. Dari konsep budaya, eksistensi Upacara Mikul Lodong secara tidak langsung memiliki kaitan dengan karakteristik masyarakat Sunda yang mencintai air sebagai sumber kehidupan. 5. Peserta Upacara Mikul Lodong kembali ke pemukiman Kampung Cikurutug untuk melakukan upacara berikutnya yaitu tarian Mikul Lodong Adeugkeun Rangkenekna. 6. Penyajian tari Mikul Lodong Adeugkeun Rangkenekna merupakan ekspresi gerakan para pemikul lodong saat memasukan air dari lodong ke dalam gentong air. Penyajian tari diiringi oleh musik kendang penca yang terdiri dari dua buah kendang besar dan dua buah kendang kecil (kulanter) yang bertugas mengisi gerak dan tempo, sebuah terompet sebagai pembawa melodi dan sebuah gong kecil sebagai pengatur. Adapun motif gerakan tarian yang digunakan adalah gerakan pencak silat kembang (gerakan penca tanpa tenaga untuk kebutuhan pertunjukan tari bukan bela diri), dengan dominasi melingkar mengelilingi gentong air, dan satu persatu peserta Mikul Lodong menumpahkan air ke dalam gentong air yang ditutup oleh daun hanjuang seperti gerakan golempang dan mincid . 7. Setelah semua air dari lodong terkumpul di dalam gentong, pemangku adat melakukan inisiasi pelantikan dengan mengambil daun hanjuang dan mencipratkan air yang terbawa oleh daun hanjuang dari gentong ke para siswa silat yang duduk berkeliling sambil melantunkan doa-doa yang berisikan harapan supaya semua ilmu yang diperoleh para siswa membawa berkah bagi dirinya dan bagi lingkungan masyarakatnya. Selain mencipratkan air ke sekeliling tempat ritual dengan maksud supaya air dari keramat Cipetir dapat memberikan barokah untuk wilayah Kampung Cikurutug.
c) Pelaksanaan akhir setelah upacara 1. Pelaksanaan Upacara Mikul Lodong diakhiri dengan partisipasi masyarakat yang hadir untuk ikut menarikan tarian Mikul Lodong. 2. Selesai menari, dilakukan syukuran murak tumpeng yaitu makan nasi tumpeng oleh seluruh masyarakat yang menghadiri Upacara Mikul Lodong. Makna dari Upacara Mikul Lodong secara tidak langsung berkaitan dengan karakteristik masyarakat Sunda yang mencintai air sebagai sumber kehidupan. Kearifan lokal masyarakat Sunda tersebut tampak dari terpeliharanya sumber air tetap dibiarkan secara alami dan tidak diexploitasi secara berlebihan. Dampak yang terlihat adalah kelestarian sumber air keramat Cipetir yang dijadikan lokasi Upacara terlihat terpelihara karena sering dibersihkan dan dijaga. Fungsi Upacara Mikul Lodong berkaitan dengan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia selalu berintegrasi satu dengan lainnya berikut dengan lingkungannya yaitu lingkungan alam dan budaya. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa fungsi dari pelaksanaan upacara tersebut. Adapun berikut penjelasannya:
1. Fungsi Psikologis Upacara Mikul Lodong memiliki fungsi psikologis berupa suatu penghargaan. Penghargaan yang dimaksud diberikan atas pencapaian siswa-siswa Perguruan Pencak Silat Mekar Mandiri yang telah mencapai strata tertentu, melalui suatu pengukuhan dalam Upacara Mikul Lodong. 2. Fungsi Budaya Fungsi dari suatu unsur kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat sosial, yaitu ketahanan masyarakat yang disebabkan oleh kerjasama yang baik dari unsur-unsur di dalamnya. Terkait dengan Upacara Mikul Lodong, ekspresi budaya yang ditampilkan memiliki fungsi yang beragam, tidak hanya kepentingan individu para siswa silat dengan keluarganya, tetapi juga memberikan kontribusi pada ketahanan integritas yang terjalin dalam masyarakat dalam mempersiapkan sarana dan prasarana pelaksanaan Upacara Mikul Lodong’. 3. Fungsi Sosial Adapun fungsi sosial yang didapat dari Upacara Mikul Lodong ini adalah ketika pendidikan bela diri secara tidak langsung telah menumbuhkan rasa tanggungjawab. 4 Fungsi dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Fungsi Upacara Mikul Lodong dalam pelestarian lingkungan hidup merujuk pada dampak dari penggunaan media bambu sebagai sarana budaya dalam Upacara Mikul Lodong. Bambu merupakan tanaman yan dapat berkembang subur di wilayah Kampung Cikurutug, merupakan ikon tanaman yang sangat potensial dalam pengendalian unsur air dalam tanah. Air tanah yang terpelihara keberadaannya secara langsung dan tidak langsung akan menjaga pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang baik, nyaman dan harmonis dengan kehidupan manusia secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia yang berada di dalamnya.