Berbicara tentang Jamasan Meriam Nyai Setomi, berarti kita berbicara tentang dua hal , yaitu Jamasan dan Meriam Nyai Setomi. Jamasan itu sendiri merupakan sebuah ritual adat atau upacara untuk membersihkan benda-benda pusaka yang ada di Keraton. Jamasan itu sendiri sudah ada sejak jaman Pakubuwono ke III di tahun 1745. Yang kedua adalah Meriam Nyai Setomi yang merupakan benda pusaka kuno milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Meriam Nyai Setomi ini merupakan salah satu senjata andalan Sultan Agung Hanyokrokusuma dari kerajaan Mataram dan uniknya Meriam Nyai Setomi ini memiliki pasangan yaitu Meriam Kiai Setomo yang kini berada di Museum Fatahillah Jakarta.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Jamasan Meriam Nyai Setomi adalah prosesi ritual adat atau upacara membersihkan benda pusaka berupa Meriam Nyai Setomi.
Tujuan utama Jamasan Meriam Nyai Setomi ini tentunya selain sebagai penghormatan terhadap Meriam tersebut juga sebagai bentuk perawatan supaya benda-benda pusaka terutama Meriam Nyai Setomi ini tetap bersih dan bisa memberi manfaat bagi yang mempercayainya.
Biasanya prosesi Jamasan Nyai Setomi ini dilakukan di Siti Hinggil Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat, dua hari sebelum upacara keagamaan yang biasa disebut Grebeg Syawal. Dahulu kala, prosesi jamasan ini hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja. Yaitu Abdi Dalam yang sudah ditunjuk dan disumpah, karena tidak sembarangan orang boleh melihat atau memberikan informasi terkait prosesi jamasan itu sendiri. Pada kepemimpinan Pakubuwono XII, prosesi Jamasan Meriam Nyai Setomi ini akhirnya bisa disaksikan oleh masyarakat luas dengan harapan prosesi ini bisa menjadi tontonan yang juga sekaligus menjadi tuntunan. Namun untuk petugas atau orang yang melakukan prosesi jamasan tetap lah orang-orang terpilih yang sudah disumpah yaitu para Abdi Dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat maupun masyarakat umum yang sudah ditunjuk langsung oleh pihak keraton yang disebut Abdi Dalem Pokoso.
Prosesi Jamasan Meriam Nyai Setomi tentunya tidak akan terlaksana tanpa adanya dhawuh (perintah) Sinuhun (raja),untuk melakukan jamasan. Jamasan ini pun mengunakaan media-media yang bahannya hanya ada di dapur keraton. Karena sesaji dalam prosesi jamasan biasanya merupakan hasil meditasi Pakubuwono berbicara dengan yang tidak kasat mata.
Adapun beberapa perlengkapan atau sesaji yang biasa digunakan pada prosesi Jamasan Meriam Nyai Setomi adalah, Minyak Boreh, yang dibalurkan ke Meriam. Kemudian minyak Koyoh yang berguna untuk melindungi Meriam dari sinar matahari maupun hujan. Candu, seperti daun ganja, namun karena dilarang saat ini digantikan dengan Kemenyan. Pepak Ageng, biasanya berisi pisang, ketela pohon dan ada nasi uduknya. Minyak Gaharu dan Minyak Cendana.
Butuh waktu hingga sekitar 2,5 jam untuk melakukan seluruh rangkaian prosesi Jamasan Meriam Nyai Setomi ini, dari proses membuka pintu, mengganti singep (kelambu) hingga membersihkan dan mengembalikan seperti semula.
Adapun beberapa syarat mutlak yang harus dilakukan dalam prosesi Jamasan ini, yaitu menggunakan pakaian tradisonal jawa, tidak boleh berbicara dan harus berdzikir dan sholawat (dalam hati) selama melakukan prosesi jamasan itu sendiri.