Raja perempuan pertama yang terkenal dalam sejarah Kerajaan Bone adalah Ratu I Tanete Ri Sidenreng. Beliau memerintah pada abad ke-16 Masehi dan merupakan sosok yang dihormati dalam sejarah Bugis-Bone. Ratu I Tanete Ri Sidenreng dianggap sebagai salah satu pemimpin perempuan yang berpengaruh dan berhasil dalam sejarah Bugis-Bone, memperluas pengaruh kerajaan dan meningkatkan stabilitas dalam wilayah kekuasaannya.
Pada saat inilah dipanggil semua dara-dara rumpun Souraja (istana) untuk datang ke istana untuk berjaga-jaga menemani, dan mendampingi Raja Bone ke-10 mulai dari malam hingga dini hari. Karena rajanya merupakan seorang perempuan, maka penjaga yang menjaga adalah perempuan yang merupakan anak keturunan para bangsawan yang ada di Bone yang disebut Andi Makkunrai.
Istilah Andi dalam Bahasa Bugis berasal dari kata Anri yang berarti Adik. Nama Andi merupakan pemberian dari orang Belanda seorang peneliti budaya Bugis yang bernama Mattes, gelar ini untuk membedakan antara mana yang keturunan bangsawan dan bukan keturunan bangsawan. Sedangkan kata makkunrai dalam bahasa Indonesia adalah perempuan.
Agar pada saat berjaga para Andi Makkunrai ini membuat gerakan-gerakan lantai. Agar tidak bosan, kemudian gerakan-gerakan tersebut diiringi dengan gendang.
Dengan berjalannya waktu, Ikatan kesenian Institut Makassar mengadakan penelitian tentang geraka-gerakan pada zaman dulu yang bagus dijadikan Seni Tari dan jadilah Tari Pajjaga Andi Makunrai. Instrumen yang mengiringi Tari Pajaga Andi Makkunrai sendiri adalah gendang, kecapi, dan suling.
Selanjutnya, gerakan-gerakan yang digambarkan pada tari ini adalah bagaimana adat istiadat para Andi-Andi itu kalau berada di dalam istana apalagi kalau berhadapan dengan raja yang ada di Bone. Gambaran gerakannya diilhami dari cara menghormati raja dan tamu-tamu besar dari luar istana. Dimulai dari cara duduk di istana yang benar antara laki-laki dengan permpuan.
Kostum juga berbeda antara kostum laki-laki dan kostum perempuan. Kostum perempuan digambarkan sebagai jati diri perempuan yaitu Baju Bodo dengan sarung. Jati diri orang Bone ini mengilhami gerakan-gerakan menjadi Tari Pajjaga Andi
Ragam gerak Tari ini, gerakan-gerakan tangan yang melambangkan jati diri, tata cara, adat istiadat bertemu pembesar-pembesar yang ada di dalam lingkungan Istana. Kalau ada nyanyian, tutur kata, dan kalimat-kalimat itu menggambarkan bagaimana cara mengungkapkan sesuatu kepada yang lebih tinggi. Ada juga bagaimana mengungkapkan sesuatu kepada yang sederajat dengan kita ada juga yang lebih bawah dengan kita.
Kalau di dalam tulisan Bugis itu menggunakan kata Congak, menyampaikan kalimat-kalimat dengan sopan, bagaimana mengungkapkan sesuatu kepada yang dianggap sesepuh. Kalau yang dianggap sejawat atau seumur itu namanya Makraseng.
Sanggar seni Arung Palaka inilah yang membuatkan gerakan-gerakan, irama wirasa dan sebagainya. Seperti pola lantai pada tari, ini menunjukkan tata cara duduk seorang perempuan di depan Raja. Kalau laki-laki namanya duduk bersila. Duduk bersila perempuan dan laki-laki itu berbeda.
Bentuk penyajian dari Pajjaga Andi Makkunrai versi Lembaga Seni Budaya Arung Palakka yaitu penari perempuan yang berusia remaja dan berjumlah genap antara 2, 4, 6, 8 orang penari. Mempunyai ragam gerak yang meliputi: ragam gerak Muttama (gerakan masuk), ragam gerak Makkasiwiyang (penghormatan), ragam gerak Mangngade (adab), ragam gerak Mappatebe (meminta izin), ragam gerak Massampeang (menolak bala), ragam gerak Mali Siparappe Rebba Sipatokkong, ragam gerak Sere (menari), ragam gerak Massimang (mohon pamit).
Pada saat sistem kerajaan tidak memiliki pola lantai. Namun sekarang sudah dikembangkan akhirnya memiliki pola lantai agar menambah keindahan dari tari tersebut. Adapun musik pengiringnya yaitu dua buah gendang, satu gong, satu kancing dan satu Ana’Baccing.
Kostum yang terdiri dari Waju Tokko (baju bodo), Lipa Tallasa (sarung tallasa), Tali Bennang (ikat pinggang), Simatayya, Potto Lampe (gelang panjang), kalung, Bangkara (anting-anting), Patteppo Jakka (semacam bando), Pinang Goyang, Simpolong Tettong (sanggul berdiri), kembang, dan dadasa. Properti yang digunakan adalah kipas dan selendang.
Makna ragam Pajjaga Andi Makkunrai yaitu penghormatan kepada Raja dan berfungsi untuk menghibur Raja dan tamu-tamu Raja pada saat istirahat dalam Istana Bone.
Tari Pajjaga Andi Makkunrai biasa dilaksanakan pada hari-hari besar seperti Hari Jadi Bone. Dahulu, yang bisa menjadi penari Tari Pajaga hanya dari bangsawan, kalau sekarang dari mana saja sudah bisa. Tidak ada syarat khusus.
Perkembangan dari tahun ke tahun, kalau dulunya anggotanya sedikit kalau sekarang 2 sampai 3 kali dalam satu minggu. Animonya saat ini, banyak anak-anak yang ingin menari untuk mengetahui hari lahirnya kota Bone.