Apa yang dimaksud Kerajinan Perak?
Sebuah kerajinan yang dibuat dengan material bahan baku perak dengan wujud produk bisa berwujud hiasan dinding, alat peralatan makan atau minum, dan perhiasan.
Kerajinan karya tangan yang dibuat dari tangan interior, alat pakai dan perhiasan.
Bagamana sejarah kerajinan perak Kotagede?
Kerajian perak Kotagede diduga dimuali sejak jaman Senopati. Hal ini dapat dikritisi, dengan didukung bukti yang belum pernah terlihat. Info ini berasal dari suatu saat ada info dari mahasiswa yang bertemu dengan budayawan, yang bisa membaca literatur Yogya. Informasi ini berguna dikarenakan tidak bisa melihat dari jaman dulu. Bukti tentang keberadaan kerajinan perak Kotagede tidak bisa dilihat mulai jaman Senopati karena sifat perak yang bisa dilebur. Ketika pengrajin kekurangan bahan baku dan kekurangan perak sehingga produk-produk perak yang ada bisa dilebur dan dibuat kembali sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan saat itu pada jaman Amankurat dan seterusnya.
Bukti sejarah yang ada diantaranya adalah foto di internet. Sepengetahuan narasumber ada perak yang dibuat pada tahun 1875 yang dibuat jaman HB IIX. Menurut google, ada foto di internet yang menggambarkan kerajinan perak yang modelnya sama untuk keperluan Keraton Jogja dan juga ada emboss tulisan dengan aksara jawa yang mengindikasi jaman HB IIX.
Ketika terjadi ide kreatif dari istri pejabat Belanda, terdapat buku katalog yang ada di Tropen Museum pada tahun 2005. Diperoleh info bahwa Perak Kotagede ada masa keemasan pada kisaran tahun 1925an sampai 1942. Cerita yang beredar adalah berkembangnya politik etnis di Jawa. Ketika Belanda kehabisan uang dan adanya metoda tanam paksa, Pulau Jawa mengalami kekurangan uang tetapi di Belanda dengan status kaya raya. Belanda punya peta lengkap yang ada di Jawa. Perencanaan pemanfaatan lahan dari siapa yang punya, kapan dilaksanakan, dan lain sebagainya. Sehingga Belanda dituntut untuk tidak hanya menjajah saja tetapi melakukan politis etnis tetapi harus mengembangkan daerah jajahan. Akhirnya Belanda mengembangkan alat untuk makan dan minum dengan ciri simbol, tahun, dan perusahaan yang membuat. Sehingga Belanda mulai memperhias kerajinan perak.
Representatif dari Candi Prambanan juga terlihat pada kerajinan Perak yang ada. Untuk motif yang ada ternyata tidak hanya ada di Kotagede tetapi ada juga di Jepara.
Masa keemasan tahun 1925 -1942 ketemu 2 pengrajian karenan membeli 30 kg beras atau 2,5 rupiah. Sebaliknya mulai 1942, Era kehancuran kerajinan perak Kotagede dimana Jepang masuk ke Indonesia. Kemudian tumbuh kembali pada era Soekarno, bahan baku perak disediakan dengan harga yang lebih rendah dari harga pasaran melalui koperasi yang berdiri 1951 sehingga pengrajin kota gede tumbuh dengan bagus.
Pada Era Soeharto, kerajinan perak Kotagede masih dirasa aman karena Perak Kotagede menjadi Souvenir Kenegaraan. Suvenir berupa perak tersebut bisa diberikan pada tamu yang datang ke Indonesia maupun kunjungan Pesiden ke luar negeri.
Pada masa 1998 juga merupakan kehancuran perak karena (1) perak merupakan mata dagangan yang bernilai internasional, (2) naiknya nilai dollar, dan (3) supply and demand. Pada tahun 1998 harga perak tetap $200/kg, harga dolar berubah dari 2000 menjadi 15.000 dalam 6 bulan. Dikarenakan sudah taraf internasional maka harga dollar ke rupiah juga pengaruh. Hal tersebut berpengaruh pada supply dan demand. Kondisi ini berpengaruh terhadap keajinan perak, otomatis harga bahan baku dari 400 ribu menjadi 300 juta.
Selain itu, hancurnya UKM Perak juga pengaruh penjualan yang pasarnya hanya berada di dalam negeri karena perak bukan hanya bernilai dari segi ekonomi saja, namun juga dari sisi budaya. Ketika orang tidak berpikir tentang budaya, untuk 1 set kerajinan perak dengan harga 3 juta, ketika krisis 1998 terjadi produk kerajinan perak bisa dilebur dan dijual terpisah seharga 9 juta karena ada selisih nilai dollar dengan rupiah. Harga (bahan baku) perak ketika itu mahal sehingga lebih untung menjadi perak sebagai bahan ketimbang produk kerajinan. Hal ini yang menjadikan kerajinan perak menjadi hancur. Pengrajin perak yang masih eksis/aman karena toko yang masih bisa menjual bahan baku dan menjual karajinanannya ke luar negeri.
Usaha kerajinan perak Pak Salim sudah dimulai sejak tahun 1948, dimana bapak saya mengukir perak. Sehingga saya sebagai generasi muda patut untuk mempertahankan kerajinan perak yang mana saya hidup di kalangan pengukir. Sehingga bagaimana seni perak ini bisa tumbuh besar di jaman keemasan. Sehingga bidang perhiasan yang saya pilih dengan ukuran kecil kecil.
Tahapan Pembuatan
Peleburan, pencetakan, soldering, finishing, dan qc.
Bahan dipakai
Pasir perak
Waktu Pengerjaan
1,5 bulan.
Teknik dalam Pembuatan
Teknik ondelan/plain: dari lembaran menjadi mblenduk jadi model produk
Teknik ukir/repose : lembaran lalu ukiran, silver table hilang. Hampir hilang di kota gede, sekarang muncul di tomang, boyolali. Seja tahun Marie agnes.
Teknik vilgri: dari makasar ke kota gede, lalu wonosari, DIY. Ada putra daerah merintis karir BUMN di binaan. Perak dibuat tali di susun/trap2an. Tahun 1940-an
Teknik gergajian/cut off/sawing: perak plat ditempel disain lalu digergaji.
Teknik granulation/meniran (jawa)/ jawan (bali): meniran di tata.
Teknik plong-plongan/armadilo (trenggiling):
Teknik ikatan/wrapped: hampir sama dengan viligri dipatri, namun ini diikat
Peralatan yang dipakai dalam pembuatan
Masih tradisional. Rolling mills/alat plepet. Polishing, dicampur asam dan lerak.
Melebur: lamus angin membakar areng. Ukir: palu dan tatah dari paku baja yang ujungnya berbeda menurut kebutuhan. Soldiering menyambung. Finihing.
Tujuan membuat
Pada awalnya pesanan keraton. Karena Marie Agnes bisa dipasarkan ke masyarakat.
Nilai dan Pesan
Craftmanship kota gede.
Hambatan dan Permasalahan
Teknik Ukir yang menekuni berpindah tempat ke daerah Boyolali, sehingga berkembang di daerah tersebut untuk ukir perak yang asalnya dari Kotagede Yogyakarta, sehingga pusat kerajinan Industri bisa berpindah tergantung situasi ekonomi di suatu tempat.
Bahan baku dan permodalan, tidak lagi membantu menyediakan bahan baku. Jaman Soekarno harga bahan baku dibawah harga pasaran, jaman soeharto boleh mengambil dan membayar sebulan setelahnya. Presiden selanjutnya tidak ada lagi yang membantu.
Pemasaran perak, customer terbesar adalah orang asing, dikarenakan orang Indonesia masih gold oriented. Pemerintah punya budget terbatas, Ketika ada pameran, Pemerintah tidak menanggung semua, hanya kebudayaan, untuk akomodasi mesti modal sendiri.
Apresiasi
Pemerintah setengah hati pameran luar negeri. Pemerintah bayar booth tapi bayar transport dan akomodasi. Sangat kurang.
Harapan
Bagimana seni ukir perak bisa masa keeamsan dulu. Sehingga memilih bidnag perhiasan sehingga seni perak bisa lestari dan tumbuh berkembang. Pelanggan museum di bali sehingga pasr berkembang. Perak kebutuhan tersier.
Priyo Salim
Kotagede, Yogyakarta, Salim Silver