Suran merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap tahun, khususnya pada tanggal 13–15 bulan Suro dalam kalender Jawa. Puncak acara dilakukan pada bulan purnama. Tempat pelaksanaan di Dusun Tutup Ngisor Desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Sejarah tradisi suran berawal dari keprihatinan Romo Yoso Soedarmo sebagai seorang spiritual di Dusun Tutup
Ngisor. Kondisi geografis yang berada di lereng Gunung Merapi mengakibatkan perkembangan penduduk Dusun Tutup Ngisor sangat lambat. Pada tahun 1937 jumlah penduduknya hanya 7 kepala keluarga. Akhirnya Romo Yoso Soedarmo mengajak para warga untuk mengadakan upacara pada bulan Sura, yang kemudian mereka menamakannya “Suran Tutup Ngisor”.
Prosesi upacara suran diawali dengan musyawarah untuk menentukan pelaku ritual. Selanjutnya pada tanggal 13 Suro pukul 19.00 WIB hingga 313 selesai, dilakukan uyon-uyon (musik karawitan) oleh keluarga besar Romo Yoso Soedarmo. Uyon-uyon merupakan acara yang dilaksanakan di awal sebagai ungkapan permohonan kepada Allah SWT kepada Romo Yoso, agar beliau mendapat ampunan dan tempat di sisi-NYA, dan kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Prosesi tanggal 14 Sura dilakukan sejak pagi, diawali dengan upacara selamatan. Selanjutnya, pada pukul 09.00 WIB masyarakat Dusun Tutup Ngisor – terutama perempuan – mulai sibuk memasak dan menyiapkan sesaji berupa tumpeng, ingkung, jajanan pasar, jenang. Sedangkan yang laki-laki membuat kembar mayang.
Siang hari diadakan Yasinan (membaca Yasin, surah ke-36 dalam Al-Quran) di Makam Romo Yoso Soedarmo. Yasinan hanya dihadiri oleh laki-laki. Setelah selesai dilaksanakan kenduri. Pada kenduri dihidangkan tumpeng rosul, tumpeng punar, tumpeng uruping damar, tumpeng robyong, tumpeng wenang, tumpeng golong, jenang merah, jenang putih, sego liwet slamet, sego takiran, panggang ingkung, jajanan pasar, dan buah-buahan. Sebelum acara kenduri dimulai, terlebih dahulu dibacakan doa yang biasanya dilafalkan dalam bahasa Jawa dan
Arab. Kemudian dilakukan ritual pasang sesaji, terdapat beberapa tempat untuk menaruh sesaji. Tempat pertama adalah di depan panggung untuk melaksanakan pentas seni. Sesaji yang dipasang antara lain adalah kue apem, jagung, ketupat padi yang sudah kering, dan kepala kambing. Sesaji tersebut diletakkan dengan dibungkus plastik putih, dan digantung pada batang bambu. Kedua, kanan dan kiri panggung diletakkan kembar mayang. Ketiga sesaji diletakkan di tempat-tempat yang dianggap sakral, seperti pohon beringin, goa kecil tempat dulu Romo Yoso betapa. Sedangkan di makam Romo Yoso ditaruh sesaji berupa kembang wangi, kembang mboreh, dan kemenyan yang diletakkan di jolen.
Tanggal 15 Suro pada saat bulan purnama, merupakan puncak dari suran Tutup Ngisor. Pada malam puncak tersebut diselenggarakan kesenian tari kembar mayang dan wayang orang “Lumbung Tugu Mas”. Pegelaran wayang orang dimainkan setelah tari kembar mayang. Tari kembar mayang merupakan tarian yang diciptakan oleh Romo Yoso. Sementara wayang orang “Lumbung Tugu Mas” menceritakan tokoh Wirombo Dewa, adik Bethara Kala yang ingin melamar Dewi Sri Kembang di kayangan yang dikuasai oleh Dewa Wisnu.