Tepung Tawar merupakan tradisi lama yang berkembang sejak zaman dahulu di kawasan Riau. Ritual yang semula dilakukan oleh kaum dinamisme dan animisme ini tetap dilaksanakan oleh Masyarakat Melayu hingga sekarang. Namun sejak kedatangan penganut Islam di wilayah Riau, tradisi yang juga dipraktikkan oleh agama hindu ini diadopsi sedemikian rupa. Dan orientasi upacara ini dilakukan untuk mengharapkan ridho dan keselamatan dari Allah SWT. Adapun perkakas dan peralatan yang digunakan menyesuaikan pada nilai-nilai keislaman yang disimbolkan dengan bahan-bahan yang bermakna baik. Dalam perjalanannya, Tepuk Tepung Tawar merupakan salah satu tradisi dalam masyarakat Melayu untuk mengiringi upacara-upacara perkawinan, khitanan, upah-upah, syukuran karena mendapat rezeki, sarana penyembuhan, dan sebagainya. Dengan kata lain tepuk tepung tawar dapat dilaksanakan hampir pada semua upacara yang ada pada masyarakat Melayu yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan memberikan do’a selamat. Tradisi Tepuk Tepung Tawar berkaitan erat dengan siklus hidup yang dilalui seseorang atau sekelompok masyarakat dari lahir hingga meninggal. Fase-fase tersebut tidak hanya ditandai dengan perubahan biologis semata, melainkan juga diikuti dengan perubahan kedudukan sosial di dalam masyarakat. Untuk menghadapi perubahan menuju kondisi-kondisi yang baru itu, seseorang memerlukan satu tahapan inisiasi atau peralihan untuk menumbuhkan semangat baru. Dengan demikian, tradisi Tepuk Tepung Tawar dapat dilihat sebagai upacara yang mengiringi peralihan tersebut. Tradisi Tepuk Tepung Tawar bertujuan untuk memberikan penghargaan pada seseorang atau sekelompok orang yang mengalami atau mendapatkan sesuatu. Pada kalangan orang Melayu yang memiliki rasa kekerabatan dan kekeluargaan yang kuat, maka jika seseorang berhasil mendapatkan sesuatu, wajib memberikan ucapan selamat dengan melaksanakan tradisi Tepuk Tepung Tawar. Makna Tepuk Tepung Tawar adalah memberikan do’a restu agar jauh dari marabahaya, jauh dari yang buruk. Didekatkan yang baik, supaya berkah berkepanjangan. Supaya restu berkesinambungan. Supaya yang diusahakannya itu berhasil. Sehingga orang yang bersangkutan dapat menapaki atau memasuki babak baru dalam kehidupan dengan hati lapang, rasa puas, dan semangat yang tinggi karena dilepaskan dengan do’a. Selain itu juga agar perjuangannya memperoleh hasil yang baik karena dilepaskan dengan restu. Perlengkapan Tepuk Tepung Tawar terdiri dari daun penepuk ata perenjis, bahan penabur, dan bahan renjis. Diantaranya daun setawar, daun sedingin, daun ati- ati, daun gandarusa, daun juang-juang, beras tabor, bunga rampai, dan air percung. Tata cara melakukan tepuk tepung tawar sebagai berikut :
a. Mengambil daun perenjis, yaitu daun yang diikat jadi satu dicelupkan kedalam air yang dicampur bedak, jeruk, bunga mawar, lalu direnjis pada kedua tangan yang telungkup di atas paha yang dialas bantal tepung tawar beralas kain putih.
b. Penepuk tepung tawar mengambil beras kunyit, basuh, bertih dan bunga rampai, lalu ditabur kepada orang yang ditepung tawari. Bila yang ditepung tawari orang yang terhormat dapat ditabur sampai atas kepala dengan putaran dari kiri kekanan sambil membaca shalawat.
c. Merenjiskan air percung kepada pengantin atau yang ditepung tawari. Mengambil sejemput inai lalu dioleskan di telapak tangan kanan dan kiri.
d. Penepuk tepung tawar mengangkat tangan atur menyembah dengan mengangkat tangan.
e. Setelah semua orang yang ditunjuk sebagai penepuk tepung tawar selessai, acara ditutup dengan doa selamat. Jumlah penepuk tepuk tawar adalah bilangan ganjil, dimulai dari 3,5,7,9, dan 13.
Makna tepuk tepung tawar :
1. Beras kunyit, beras basuh, dan beretih yang dihamburkan bermakana ucapan
selamat dan turut bergembira.
2. Merenjis kening bermakna berfikirlah sebelum bartindak atau teruslah menggunakan akal yang sehat,
3. Merenjis di bau kanan dan kiri bermakna haru siap memikul beban dengan penuh rasa tanggung jawab.
4. Merenjis punggung tangan bermakna jangan pernah putus asa dalam mencari rezeki, selalu dan terus berusaha.dalam menjalani kehidupan
5. Menginai telapak tangan bermakna penanda bahwa mempelai sudah berakad nikah. Dalam konsekuensinya penyadaran bahwa “sekarang” sudah tidak bujang atau dara lagi (sudah ada pendamping). Doa selamat di penutup acara bermakna pengharapan apa yang dilakukan mendapat berkah dan ridho dari Allah Swt.