Babiola adalah seni pertunjukan tutur lisan yang berisi penuturan kaba (cerita) oleh tukang (seniman babiola) secara berirama.
Kaba merupakan prosa liris (berirama) yang berisi kisah fiksi. Babiola memiliki identitas yang membedakannya dengan tradisi tutur lisan lainnya, baik yang terdapat di Minangkabau maupun dalam kebudayaan lain. Identitas tersebut berupa keberadaan ratok sikambang. Ratok sikambang artinya menyampaikan bagian cerita dengan irama sedih, baik vokal maupun instrumen.
Ratok sikambang merujuk pada kata “ratapan sikambang” (istilah untuk pembantu/pelayan) yang senantiasa hidup dalam tekanan dan kesedihan.
Pada umumnya kaba yang dituturkan dalam babiola merupakan cerita-cerita yang menyampaikan kisah kehidupan yang diliputi dengan penderitaan dan kesedihan, baik kaba tareh (lama) maupun kaba tanuik (baru).
Babiola menggunakan instrumen musik jenis biola (violin) yang terklasifikasi dalam keluarga chardiophone kelompok bowed lute dengan 4 senar.
Berawal dari orang yang kalangan bawah dan cenderung sedih. Karena biola melambangkan orang yang tidak mampu dengan nyanyian kesedihan nasib seseorang tersebut. Kisah gembira pun diceritakan tetapi menjadi kreasi baru yang ditambahkan dengan alat musik lain seperti gendang. Didalam bercerita juga harus ada kisah bahagianya. Meski dengan tema kesedihan didalamnya juga ada bagian cerita bahagia meski diakhiri dengan cerita kesedihan kembali.
Secara historis keberadaan babiola dipengaruhi oleh kedatangan bangsa Eropa ke Pesisir Selatan sekitar abad ke XVI. Dalam perkembangan perdagangan dan penguasaan Potugis di Pesisir Selatan, mereka membawa kesenian yang menggunakan alat musik violin. Interaksi dengan (bangsa) masyarakat Portugis, menjadikan masyarakat Pesisir Selatan mengenal alat musik biola (violin). Masyarakat dan seniman Pesisir Selatan yang terbuka dan adaptif dalam menerima suatu yang baru dan baik, menjadikan biola sebagai intrumen musik untuk mengiringi penuturan kaba. Biola digunakan sesuai dengan kebutuhan, digesek sambil bercerita dengan posisi duduk.
Meskipun biola merupakan alat musik yang berasal dari luar kebudayaan Pesisir Selatan, tukang biola tidak membeli biola dari luar negeri. Mayoritas tukang biola memiliki kemampuan untuk membuat biola. Babiola biasanya ditampilkan untuk mengisi berbagai perhelatan masyarakat, baik perhelatan keluarga maupun adat dan pemerintah. Perhelatan pernikahan dan khitanan, khatam Qur’an merupakan alek (acara perhelatan) keluarga yang pada masa lampau senantiasa menampilkan babiola sebagai hiburan utama. Acara alek datuak (mendeklarasikan dan mengukuhkan gelar pimpinan kaum) dan acara pemerintahan biasanya dimeriahkan dengan penampilan babiola. Babiola biasanya ditampilkan pada malam hari, setelah jadwal sholat Isya, sekitar jam 20.00 sampai menjelang shalat Subuh sekitar jam 04.30 WIB. Sebagai seni masyarakat tradisional, babiola menyandang fungsi utama sebagai hiburan. Fungsi lainnya adalah sebagai sarana pengkuhan dan transformasi nilai yang harus dijunjung oleh masyarakat Minang. Babiola sebagai aktivitas seni juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan estetika, baik kebutuhan ekspresi tukang (seniman), maupun kebutuhan masyarakat penikmat. Kemahiran yang dimiliki oleh tukang biola dalam menuturkan kaba, mampu membuat penonton tertawa senang, atau meneteskan air mata. Seniman babiola bisa spontan menangkap situasi ketika saat pertunjukkan.
Biola sudah menjadi pusaka pesisir Selatan. Diawali dari tempurung kelapa yang mengalami perubahan bentuk dari biola kisaran tahun 62 dengan membawa violin. Ada perbedaan posisi penempatan biola yang ditaruh bawah bukan pundak. Dasar bahannya merupakan kayu dari perahu yang tidak terpakai. Ada bagian tempurung kelapa dan tali pancing yang ditambahkan getah kayu hutan, getah dama yang dipakai untuk merekatkan kayu pada pembuatan perahu. DIdalamnya Ada tonggak penyangga didalamnya untuk menahan tekanan dari tempurung kelapa. Disini merupakan menjadi mata pencaharian utama didaerah ini.
Pembuatan biola untuk babiola merupakan orang yang bisa membuat serta memainkan babiola sekaligus, biola yang dibuat biasanya patokan harga kisaran 1 juta rupiah tergantung dari material dan kualitas.
Untuk lama pengerjaan dari tahap awal yaitu mencari kayu hingga menjadi biola memakan waktu 3 hari.
Dahulu pertunjukkan babiola dipakai hanya untuk acara pesta, namun perkemabangan jaman saat ini, pertunjukkan babiola bisa dipakai pada acara pertunjukkan, acara kampanye, untuk acara pesta, acara penyambutan tamu, dll yang menjadikan pertunjukkan Babiola menjadi wajib untuk dilakukan.
Di akhir-akhir masa ini pertunjukkan babiola sudah mulai punah, faktor pendukungnya yakni dimana generasi muda sudah mulai sedikit minatnya. Faktor lain adalah dengan adanya organ tunggal yang menjadikan Babiola sudah kurang diminati dan mulai bergeser.
Dengan adanya pengurangan, maka harapannya generasi muda mulai dari didirikannya sanggar darurat di halaman rumah, lapangan bola, hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas yang ada di kami.
Harapan kedepannya, sebagaimana bisa babiola menjadi muatan lokal di sekolah, berharap bagaimana majunya komunitas bergantung pada perhatian dana dari pemerintah.
Dengan adanya pengurangan yang menggeluti Babiola, maka harapannya generasi muda mulai dari didirikannya sanggar darurat di halaman rumah, lapangan bola, hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas yang ada di kami.
Pesan kepada gederasi muda, khususnya Kab Pesisir Selatan, marilah kembali mencintai seni tradisional. Karena bukan hanya hiburan dan indah ditelinga juga mengandung silsilah agama serta adat istiadat. Mari kembali ke seni tradisi kita dan jangan lupa kesenian daerah kita, semoga pusaka kita kembali lagi.