Tenun Siak pertama kali diperkenalkan oleh seorang pengrajin yang didatangkan dari Kerajaan Terengganu Malaysia pada masa Kerajaan Siak diperintah oleh Sultan Sayid Ali pada tahun 1864. Pengrajin tersebut adala seorang wanita bernama Wan Siti Binti Wan Karim yang dibawa dari Kerajaan Trengganu ke Siak Sri Indrapura, beliau adalah seorang yang ahli dan terampil dalam menenun, selain itu beliau juga mengajarkan bagaimana bertenun kain songket.
Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah merupakan tenun tumpu dan kemudian berganti dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan ”Kik”, dan kain yang dihasilkan disebut dengan kain Tenun Siak. Berlainan dengan umumnya penenun tradisional di seluruh Indonesia, dengan kik penenun Siak duduk biasa di atas kursi dengan kaki menjuntai ke bawah, bukan selonjor. Pada awalnya kain tenun siak ini dibuat terbatas bagi kalangan bangsawan saja terutama Sultan dan para keluarga serta para pembesar kerajaan di kalangan Istana Siak. Kik adalah alat tenun yang cukup sederhana dari bahan kayu berukuran sekitar 1 x 2 meter. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka lebar kain yang dihasilkan tidaklah lebar sehingga tidak cukup untuk satu kain sarung, maka haruslah di sambung dua yang disebut dengan kain ”Berkampuh”. Akibatnya untuk mendapatkan sehelai kain, terpaksa harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya disambung untuk bagian atas dan bagian bawah yang tentu memakan waktu yang lama. Dalam bertenun memerlukan bahan baku benang, baik sutera ataupun katun berwarna yang dipadukan dengan benang emas sebagai ornamen (motif) atau hiasan. Karena benang sutera susah didapat, maka lama kelamaan orang hanya menggunakan benang katun.
Dari segi sejarah, songket hanya dipakai oleh golongan bangsawan dan keluarga kerabat raja dan orang besar negeri. Kehalusan tenunan dan kerumitan motif corak songket menggambarkan pangkat dan kedudukan tinggi seseorang pembesar. Songket mempunyai nilai sejarah yang tinggi sebagai salah satu warisan agung, selain mengangkat martabat si pemakai, motif dan warna tenunan songket melambangkan kedudukan seseorang.