Lintang: -6.1602800
Bujur: 106.6630733
Raden Aria Santika merupakan salah satu pendiri Tangerang bersama dengan Aria Wangsakara dan Aria Yuda Negara. Ketiga aria itu disebut dengan nama Tiga Raksa.
Menurut Kitab Paririmbon Kaarian Parahiang, pada tahun 1038 Hijirah terdapat tiga ornag pangerang yang bertalian daerah dengan Pucuk Umum- penguasa Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang terakhir. Ketiganya datang ke istana Kesultanan Banten dengan maksud berbakti kepada kerajaan Islam tersebut.
Para pangeran tersebut adalah Aria Santika, Aria Yuda Negara, dan Aria Wangsakara. Mereka meninggalkan tanah kelahiran dan keluarga besarnya di Sumedang karena tidak sepandangan dengan para saudaranya yang memihak aliansi antara Belanda dan Maaran.
Kesultanan Banten lalu melantik ketiga pangeran tersebut menjadi pemimpin di wilayah yang baru dibuka di Lengkong Sumedang dan bermukim di Tigaraksa.
Era kepemimpinan Tigaraksan tersebut berakhir ketika satu persatu gugur di medan peperangan. Tumenggung Aria Santika gugur di Kebon Besar (1717) dimakamkan di Batu Ceper (Kramat Asem), Tumenggung Aria Yudanegara gugur di Cikokol (1718) dimakamkan di Sangiang. Tumenggung Aria Wangsakara gugur di Ciledug (1720) ketika menyerbu Jatinegara dan ia dimakamkan di Lengkong (Lengkong Sumedang) daerah Legok.
Makam Raden Aria Santika berbentuk rumah dengan luas sekitar 30 meter. Bangunan makam tersebut terbegi dua, bagian pertama adalah ruangan untuk tempat menunggu bagi para peziarah, sementara bagian kedua adalah kamar makam. Pusara makam ditutupi oleh kelambu berwarna putih.
Bangunan makam sekarang merupakan pemindahan dari lokasi awal yang terkena pembangunan Jalan Daan Mogot pada tahun 1970-an.