Lintang: -6.1767233
Bujur: 106.6323950
Pada awalnya, perkeretaapian di Batavia (Jakarta) diselenggarakan oleh tiga buah perusahaan, yaitu Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), Batavia Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS), dan Staatssporwegen (SS). NISM merupakan perusahaan kereta api swasta, yang pertama kali membangun jaringan kereta api di Batavia. Perusahaan ini mengoperasikan kereta api pada lintas tengah, yakni Batavia-Buitenzorg (Bogor) yang ditesmikan tahun 1873. Perusaahaan kereta api swasta BOSM membuka jaringan kereta api di lintas timur Batavia yaitu Batavia-Bekasi-Kerawang tahun 1899.
Sementara itu, SS selaku perusahaan kereta api negara membangun jaringan kereta api di lintas barat Batavia sampai ke Anyer. Pada lintas tersebut SS membangun pula sebuah jalur persimpangan dari Duri ke Tangerang melalui Staatblad No. 180 tanggal 5 Juli 1896. Jalur sepanjang 19 km tersebut diresmikan pada tanggal 2 Januari 1899.
Lintas tengah (Batavia-Buitenzorg) dioperasikan oleh NISM, lintas timur (Batavia-Bekasi-Karawang) diselenggarakan oleh BOS, dan di lintas barat (Batavia-Anyer) oleh SS. Pada perkembangannya, SS menguasai seluruh perkeretaapian di Batavia setelah mengambil alih dengan membeli jaringan milik BOS (1899) dan NISM (1913).
Bersamaan pembukaan lintas Duri-Tangerang, SS juga meresmikan Stasiun Tangerang. Stasiun ini merupakan tempat pemberhentian akhir pada lintas Duri-Tangerang. Pada lintas Duri-Tangerang dibangun pula beberapa stasiun atau halte yakni Halte Duri, Halte Pesing, Stasiun Rawabuntu, Halte Kalideres, Stasiun Poris, Stasiun Batuceper dan Stasiun Tanahtinggi.
Semasa beroperasi, Stasiun Tangerang dimanfaatkan sebagai tempat naik-turun penumpang serta barang. Tahun 1935, tercatat setiap hari ada 12 kali operasional kereta api dari Duri ke Tangerang, begitu pula sebaliknya dengan jumlah perjalanan yang sama. Waktu tempuh yang dibutuhkan Duri-Tangerang sekitar 50 menit. Kerata api Duri-Tangerang tersedia dua rangkaian, yakni rangkaian khusus kelas 3 dan rangkaian campuran antara kelas 2 dan 3. Kelas 2 diperuntukan bagi orang Cina atau Timur Asing dan pengusaha pribumi sedangkan kelas 3 untuk orang pribumi.
Barang yang diangkut sebagian besar berupa hasil-hasil pertanian. Tangerang merupakan salah satu daerah di karesidenan Batavia, terletak di bagian ujung barat laut Karesidenan Batavia. Tanah di daerah ini sebagian berupa tanah partikelir yang dikuasai oleh orang cina. Tanah-tanah partikelir banyak ditanami padi, kacang tanah, ketela, nila, kelapa, dan berbagai jenis sayuran.
Selama perang mempertahankan kemerdeakaan, pertempuran antara pasukan Indonesia dengan pasukan Sekutu dan NICA mengakibatkan sarana dan prasarana kereta api rusak. Pada lintas Tangerang misalnya, rel, wesel dan alat-alat sinyal di Stasiun Pesing dirusak oleh serdadu NICA yang bermarkas di depan stasiun, sehingga hubungan kereta Jakarta-Tangerang sempat terputus.
Paska pengakuan kedaulatan Belanda tahun 1949, pemerintahan serta industri di Indonesia mulai berbenah, termasuk perkeretaapian. Djawatan Kereta Api (DKA) sebagai perusahaan kereta api Indonesia (Saat ini PT KAI) melakukan upaya rehabilitasi perkeretaapian yang di beberapa tempat hancur selama pertrempuran mempertahankan kemerdekaan. DKA melakukan perbaikan prasarana kereta api baik jalan rel, jembatan, sinyal, dan telekomunikasi.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, tahun 1954 DKA melakukan penentuan klasifikasi stasiun dalam menentukan fasilitas di stasiun. Stasiun Tangerang dikategorikan ke dalam stasiun tipe III A/B. Kurun tahun 1950-1952 Penumpang kereta api di Stasiun Tangerang mengalami peningkatan. Tahun 1950 di Stasiun Tangerang jumlah penumpang sebesar 168.847 orang, meningkat menjadi 187.967 penumpang tahun 1951 dan bertambah menjadi 190.544 penumpang di tahun 1952. Namun pengiriman barang di Stasiun Tangerang mengalami penurunan yakni 92.133 ton (1950), 83.073 ton (1951) dan 55.714 ton (1952).
Salah satu permasalahan dalam pengembangan wilayah Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) tahun 1976 adalah kebutuhan masyarakat di bidang transportasi umum. Untuk mengatasinnya, pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Jepang melakukan peningkatan fungsi kereta api di Jabotabek. Oleh karena itu pada tahun 1982 dilakukan Proyek Pengembangan Prasarana Kereta Api Jabotabek. Tujuannya adalah membuat sistem kereta api komuter modern dengan frekuensi yang lebih tinggi, lebih aman dan dengan sistem pengoperasian yang lebih handal dengan peningkatan fasilitas-fasilitas kereta api yang ada. Lintas kereta api Duri-Tangerang tak luput menjadi perhatian. Beberapa pengembangan di lintas Tangerang meliputi rehabilitasi jalur kereta api, elektrifikasi, dan penambahan jalur kereta api.
Tahun 1990, perjalanan kereta api yang melintasi Stasiun Tangerang sebanyak 10 kali perjalanan dalam sehari dengan rata-rata kecepatan 21 km/jam. Waktu tempuh yang diperlukan dari Jakarta ke Tangerang ialah 60 menit. Saat ini, Stasiun Tangerang merupakan salah satu stasiun tersibuk dengan 38.000-an penumpang naik-turun setiap harinya.
Stasiun Tangerang (TNG) merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe C yang terletak di Sukarasa, Tangerang, Tangerang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +15 meter ini hanya melayani KRL Commuter Line. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api yang letaknya paling barat di jalur kereta api Tangerang-Duri.
Hanya ada satu layanan kereta api yang mengawali dan mengakhiri perjalanan di stasiun ini, yaitu KRL Lin Tangerang.
Stasiun ini mempunyai 4 jalur kereta api, dengan jalur 1 dan 2 merupakan sepur lurus arah Tanah Tinggi. Tepat di sebelah jalur 4 terdapat subdepo KRL untuk menyimpan sarana.
Pada masa lampau, Stasiun Tangerang memiliki percabangan ke arah Sungai Cisadane, wesel percabangannya diyakini berada sebelum perlintasan sebidang Pasar Anyar tetapi kini tak bersisa. Percabangan ini digunakan untuk angkutan material dari Sungai Cisadane untuk pembangunan Gelora Bung Karno tahun 1960–1962. Konon kabarnya, lokomotif C300 turut andil dalam proses pengiriman material untuk pembangunan GBK. Rel ini berdekatan dengan GOR Kota Tangerang, menyusuri Jalan Kampung Sukamulya, Babakan Ujung.