Lintang: -6.1792400
Bujur: 106.6297933
Budaya dan masyarakat Tionghoa di Indonesia telah lama menjadi bagian dari budaya bangsa. Salah satu kajian menarik terhadap keberadaan golongan Etnis Tionghoa di Indonesia adalah munculnya komunitas-komunitas Tionghoa di Indonesia yang hampir tersebar di setiap kotakota besar. Mereka umumnya mendiami tempat yang disebut Kampung Pecinan, salah satunya ialah keberadaan komunitas Tionghoa yang ada di Kota Tangerang. Etnis Tionghoa di Kota Tangerang dikenal dengan sebutan Cina Benteng, istilah Cina Benteng muncul tidak terlepas dari berdirinya Benteng Makassar yang terletak di tepi Sungai Cisadane di Pusat Kota Tangerang, Kecamatan Tangerang, Kelurahan Sukasari dibangun pada zaman kolonial Belanda yang sekarang sudah rata dengan tanah.
Kawasan Cina Benteng Kota Lama Tangerang juga menyimpan bangunan ± bangunan yang bernilai sejarah, salah satunya adalah Masjid Jami Kalipasir yang merupakan masjid tertua di Kota Tangerang dan Klenteng Boen Tek Bio dibangun pada tahun 1750 yang merupakan klenteng tertua di Kota Tangerang, Museum Benteng Heritage yang juga sangat menarik untuk dijadikan sebagai obyek wisata sejarah, selain menyimpan bangunan-bangunan bersejarah.
Kawasan Cina Benteng juga dapat dikembangkan sebagai pusat wisata kuliner yang menyediakan berbagai jenis makanan. Kota Tangerang merupakan cikal bakal produk kecap manis, di balik warna hitam legam tersebut yang menyimpan kemanisan dunia yang tiada tara yang sekarang terkenal umum di pasaran, hal ini tak lepas dari peran kaum Etnis Tionghoa (Cina Benteng) yang menetap di daerah Kota Tangerang, lewat merekalah lahir usaha-usaha produksi kecap dan salah satunya adalah Kecap “Siong Hin(Kecap Benteng) yang telah eksis sejak tahun 1920.
Untuk Klenteng Boen Tek Bio perdagangan dan jasa pasar lama serta permukiman (hunian) masyarakat Cina Benteng di Pasar Lama juga dapat ditata ulang untuk lebih memberikan sentuhan khas Kampung Pecinan. Sisi lainnya adalah dengan keberadaan Sungai Cisadane yang terkenal dengan budaya Pek Cun Tiong Ciu Pia, maka dapat pula dikembangkan menjadi pariwisata Sungai Cisadane. Selain bangunan-bangunan bersejarah tersebut, suasana perkampungan Cina dengan segala bentuk kegiatan masyarakatnya pun juga menjadi daya tarik wisata tersendiri. Namun sangat disayangkan objek-obyek yang bernilai sejarah tersebut kurang mendapat perhatian, kekacauan yang dialami oleh bangsa Indonesia saat ini disebabkan karena kurangnya kesadaran akan sejarah sehingga bangsa ini tidak tahu dari mana harus berangkat menata masa depannya, di era globalisasi seperti sekarang ini dimana begitu mudahnya pengaruh luar masuk dan semakin pesatnya segala bentuk kegiatan yang dilakukan di Kota Tangerang, khususnya di Kawasan Cina Benteng Kota Lama Tangerang membuat aspek-aspek sejarah semakin tersisihkan dan terlupakan sehingga dikhawatirkan pada akhirnya nanti generasi-generasi mendatang akan kehilangan sejarah mereka akibat begitu majunya peradaban manusia.
Kota Tangerang sebagai wilayah yang memiliki latar belakang budaya dan industriindustri besar serta tempat wisata, mengundang dunia untuk melihat dan menggali potensi-potensi Tangerang yang tumbuh subur untuk diberdayakan. Sejarah Tangerang tidak bisa dilepaskan dari empat hal utama yang saling terkait. Keempat hal itu adalah peranan Sungai Cisadane; lokasi Tangerang di tapal batas antara Banten dan Jakarta; status bagian terbesar daerah Tangerang sebagai tanah partikelir dalam jangka waktu lama; dan bertemunya beberapa etnis dan budaya dalam masyarakat Tangerang.
Etnis Tionghoa Tangerang memang sulit dipisahkan dengan kawasan Pasar Lama, Kota Lama Tangerang, yang terletak di tepi sungai Cisadane dan merupakan permukiman pertama masyarakat Tionghoa di sana. Struktur tata ruangnya sangat baik dan itu merupakan cikal bakal terbentuknya Kota Tangerang. Mereka tinggal di tiga gang, yang sekarang dikenal sebagai Gang Kalipasir, Gang Tengah (Cilangkap), dan Gang Gula (Cirarab). Sayangnya, sekarang tinggal sedikit saja bangunan yang masih berciri khas pecinan.
Kawasan Kota Lama Tangerang termasuk dalam Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Sosial dan Budaya yaitu kawasan bersejarah seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar yang berada di Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang. Berdasarkan nilai historisnya, arahan pengembangan di kawasan Kota Lama meliputi revitalisasi Blok Kota Lama/kawasan heritage, Blok Masjid Agung-Pendopo dan Blok Stasiun Kereta Api. Blok Kota Lama adalah kawasan dengan fungsi/aktivitas yang lebih di dominasi oleh kawasan heritage dengan bangunan cagar budayanya dan permukiman yang masih mempertahankan karakter jalannya dan beberapa rumah yang masih mempertahankan arsitektur Tiongkok.
Di dalam Blok Kota Lama terdapat dua blok perkampungan etnis yaitu Blok Perkampungan Tionghoa (pecinan) dan Blok Perkampungan Muslim disekitar Masjid Kalipasir. Blok perkampungan pecinan terdiri dari permukiman petak sembilan, Kelenteng dan Pasar. Sedangkan blok perkampungan muslim terdiri dari Masjid Kalipasir dan deretan rumah penduduk. Tradisi dan budaya lokal yang dipengaruhi oleh etnik Tionghoa masih dilestarikan sampai saat ini.