Lintang: -6.1342880
Bujur: 106.8142050
Lukisan dengan goresan ekspresif dengan garis-garis tebal yang bertekstur sebagai suatu
penegasan makna peristiwa yang realis. Soedjojono membuat lukisan ini menggambarkan sebuah
peristiwa yang terjadi pada saat perang gerilya tahun 1946-1949, dimana Belanda mengingkari
perjanjian Linggarjati dan terjadi Agresi Militer Belanda ke-II di Jogjakarta.
Lukisan “Prambananmenggambarkan seorang “seko(berasal dari bahasa Jepang yang artinya
prajurit avan-garde, prajurit lini depan yang membuka jalan), yang sedang mengintai di jalan masuk
ke Jogja, disekitar jalan Prambanan. Lukisan ini menampilkan realitas perang di garis belakang
seperti persiapan perang gerilya, penyusunan strategi, atau penangkapan mata-mata.
Dengan senapan di tangan di sebuah pertigaan jalan yang porak poranda, lengang dan mencekam,
seseorang berjalan dengan sedikit membungkuk seperti mengendap dan melangkah hati-hati.
Kakinya berjingkat, kepalanya sedikit menoleh ke kanan dengan tatapan penuh selidik. Batu-batu
berserakan di jalanan seakan membuat barikade guna menghalangi kendaraan.
Sementara tubuh dua orang bersenjata dibelakangnya menempel rapat disela-sela tembok puing
bangunan. Keduanya pun digambarkan dalam posisi mengantisipasi kemungkinan yang bisa terjadi
secara tiba-tiba. Dalam lukisan ini pelukis menggambarkan suasana pada film perang tentang dua
prajurit yang berperan sebagai penembak runduk (sniper) dengan mengambil latar reruntuhan
bangunan toko.
Sebatang pohon kering berdiri tegak membangun suasana yang cemas, tegang dan mengancam.
Soedjojono mewarnai lukisan ini dengan warna-warna gelap dengan maksud agar aspek dramanya
lebih terbangun.