Lintang: .0000000
Bujur: .0000000
Rumah mantan Bupati Besuki I menghadap barat yang berbatasan dengan Jalan Gunung Ijen dan SMA Negeri I Besuki serta sisi utaranya berbatasan dengan kantor Koramil -623/II/Besuki. Rumah mantan Bupati I didiami mulai tahun 1818, rumah tersebut adalah rumah keluarga dari Hansuki kakek dari Bupati I. Rumah mantan Bupati Besuki I mempunyai halaman yang sangat luas dengan vegetasi pohon mangga pada bagian halaman depan rumah, sisi selatan halaman terdapat bangunan rumah yang sudah rusak dan tidak difungsikan. Bangunan tersebut terdiri dari 1 bangunan kosong menghadap utara yang didalamnya terdapat 3 ruang. Dahulu rumah tersebut digunakan sebagai tempat untuk menyimpan bendi Bupati dan sekaligus rumah pembantu dan kusir dengan ukuran Pj. 7.9- cm, Lb. 6,62 cm dan rumah waker yang berada di sebelah selatan depan. Istilah waker jaman belanda adalah rumah penjaga ukuran Pj. 14,8- cm, Lb. 9,5- cm.
Sisi utara bangunan terdapat lahan kosong yang difungsikan sebagai tegalan karena banyak ditanami pohon pisang, mangga. Situasi halaman tidak terawat dan kotor karena di setiap sisi halaman banyak ditumbuhi rumput liar yang sudah tinggi. Saat pendataan, rumah ini sedang taraf pemugaran oleh ahli waris dari Bupati Besuki I yang bernama Bapak R. Bambamg Prihantono, SE. Yang dipugar bagian atap diganti genting yang baru dan difernis, teras, plafon diganti kayu baru.
Besuki adalah kota Kecamatan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur Indonesia. Pada jaman dulu, kota ini penting karena merupakan ibukota Karesidenan Besuki. Pada zaman Majapahit, Besuki sudah merupakan suatu daerah yang berkembang dan dikenal dengan nama Keta yang pernah Sadeng melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Majapahit tetapi berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1331.
Sejarah Kecamatan Besuki di Kabupaten Situbondo, Jatim tidak bisa dipisahkan dari peran Tokoh Ke pate Alos yang berasal dari Pamekasan, Madura. Ke Pate Alos yang juga dikenal sebagai Raden Bagus (RB) Kasim Wirodipuro adalah Demang pertama Besuki. Tokoh yang legendaris dikalangan masyarakat Besuki ini, menurut sejumlah tokoh di wilayah itu memiliki darah keturunan raja-raja di Solo. Ikatan nasab dari Solo itu terjalin karena Raden Abdullah Surowikromo, kakek dari RB Kasim Wirodipuro disebut-sebut sebagai saudara dari Raden Zaenal Abidin alias Susuhunan Pakubuwono II. Ketika dilaksanakan pengecekan di Kraton Solo disebutkan bahwa beliau ternyata putera dari Pakubuwono II. Namun menurut sejumlah literatur yang ditemukan arsip nasional di Jakarta, Ke Pate Alos memang memiliki darah keturunan dari Solo, dan tidak heran kalau keluarga keturunan Ke Pate Alos sangat fasih berbahasa Jawa Tinggi.
Menurut Tokoh masyarakat Besuki, Moh. Hasan Nailul Ilmi, Raden Abdullah adalah keluarga kerajaan di Solo yang tidak mau kompromi dengan Belanda kemudian merantau hingga ke Madura.
Dalam buku Babad Besoeki pada era tahun 18--, putera ke dua dari Pangeran Natakoesoema I atau Raden Asirudin atau lebih dikenal dengan nama Panembahan Sumolo/ Panembahan Kusumo menikah dengan putri asal Sedayu (adalah diantara 7 isteri Raden Asirudin ); R.Asirudin adalah putera dari Bindoro Moh. Saud, menjadi Bupati bergelar Raden Tumenggung Tirtonegoro, Bupati Sumenep 1751-1762.,
Raden Tumenggung Moh. Ali Prawirodiningrat yang lebih dikenal dengan nama Pengeran Kolonel karena berpangkat Kolonel, beliau mempunyai istri lebih dari satu, salah satu istrinya adalah putri Cina anak dari seorang Cina keturunan Dinasty Han yang bernama Han Soe Kie. Han Soe Kie adalah seorang Cina yang berdiam disalah satu tanah yang subur dibelahan timur Jawa Timur. Han Soe Kie terkenal kaya, pandai silat dan mertuanya dari kerabat keraton Sumenep yaitu Pengeran Kolonel, orang – orang sekitarnya sangat menghormatinya, beliau sering didatangi oleh para pedagang atau bangsawan baik dari Madura maupun daerah lain. Sebagai tanda penghormatan maka orang – orang yang mengenalnya selalu memanggil Han Soe Kie dengan panggilan Babah Soe Kie. Dari seringnya orang yang datang ke rumah Babah Soe kie maka setiap ada yang bertemu/berpapasan, pasti menanyakan “ mau kemana ? “Dari mana?” dan dijawab : “dari Babah Soe Kie “ atau kalau tergesa-gesa dijawab: “Bah Soe Kie” lama-lama sebutan Bah Su Ki menjadi nama untuk menuju ke tempat Babah Soe Kie dan sekitarnya dan akhirnya menjadi nama kota yaitu Besuki.
Putra Cina anak Babah Soe Kie tersebut Pangeran Kolonel mempunyai anak laki-laki. Anak Pengeran Kolonel tersebut mulai kecil diasuh oleh Babah Soe Kie secara kebudayaan Cina memakai pakaian mode China, dengan rambut dikucir (tautjang) bahkan diberi nama Han Soe Tiek. Setelah dewasa Han Soe Tiek, kembali ke orang tuanya di Sumenep Madura dan rambutnya tidak dikucir lagi, dan diberi nama Raden Bambang Soetikno, selanjutnya beliau diangkat sebagai bupati Ponorogo dan mengikuti jejak orang tuanya dalam peperangan di Ponorogo. Atas upaya embah-embahnya yang kaya raya beliau diminta untuk pindah ke Besuki dan mulai tanggal 24 Juni 1831, Raden Bambang Sutikno diangkat menjadi Bupati Besuki yang pertama serta bergelar Pengeran Adipati Ario Prawiro Adie Ningrat I dan berkediaman di rumah Han Soe Kie sebagai rumah Kabupaten Besuki dengan model rumah gaya China.
Pangeran Bambang Soetikno, menurunkan 16 (enam belas) putera puteri dari banyak isteri, pernikahan isteri dengan pribumi, China, Belanda, dan masih banyak yang tidak tercatat.
Putera pertama dari 16 adalah Pangeran Adipati Arya prawiro adie Ningrat II atau disebut juga Pangeran Koso, menurunkan 6 putera dan yang terakhir adalah Raden Arya. Tumenggung Soerengrono, menurunkan 11 putera dan putera ke 4 adalah Raden Arya Koesoemowitjitro, menjabat Patih Situbondo, menurunkan Raden Ayu Djamaliah menikah dengan Raden Arya Soedono Nataningrat (Kajari Sidoarjo); menurunkan R Ayu Fien Sudarlyah (sidoarjo); Beliau inilah yang memegang Silsilah leluhur Besuki dan Pasuruan.
Pangeran Adipati Prawiro Adie Ningrat I wafat Tanggal 11 Desember 1876 dan dimakamkan di pemakaman Tegalmas Besuki yang sekarang ini adalah pemakaman umum khusus para pejabat yang pernah memimpin Besuki dalam masa kejayaannya, di Desa Bloro Kecamatan Besuki.