Lintang: .4942770
Bujur: 101.4538180
Cepu Emas ini merupakan salah satu dari sekian banyak koleksi unggulan Museum Daerah Sang Nila Utama. Cepu ini terbuat dari emas 18 karat dengan teknik pembuatan cetak tuang. Cepu ini merupakan hasil temuan dari penggalian arkeologi yang dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di kecamatan Sedinginan, Kabupaten Rokan Hilir. Cepu ini ditemukan pada tahun 1990 tatkala orang menggali pondasi masjid di daerah Sidinginan. Mangkok ini digunakan sebagai mangkok pengobatan.
Menurut saksi mata penggalian dan penemuan cepu tersebut (Prod. Suwardi dan Dra. Darliana), cepu emas itu ditemukan bersama dalam satu wadah guci dari gerabah yang berisi cepu, ikat pinggang emas sebanyak 2 buah, satu telah dilebur oleh penemunya dan sisanya diserahkan kepada Museum Sang Nila Utama melalui kepala museum Ali Amran Jas pada tahun 1992.
Menurut Drs. O.K Nizami Jamil, barang temuan itu diganti dengan uang sebesar duabelas juta rupiah. Diperkirakan masih banyak cepu yang sama, di daerah candi siarang-arang. Struktur baru ditemukan setelah penggalian sekitar 2,5 meter, ditemukan struktur bata yang tidak beraturan dengan ukuran bata lama. Kemungkinan ada hubungannya dengan candi sedingingan, candi sintung dan candi siarang-arang.
Daerah Sidinginan merupakan suatu daerah yang diduga memiliki peninggalan sejarah yang besar. Hanya saja sampai saat ini sejarah Sedinginan belum dikaji secara mendalam. Cukup banyak peninggalan sejarah masa lampau di sekitar sedinginan, kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Di antara yang paling kentara adalah pemakaman umum yang jarak antara satu lokasi dengan lokasi lainnya sangat dekat. Ditemukannya banyak benda ornamen pada masa lampau di Sedingingan menunjukkan bahwa Sedinginan sebagai kota tua bersejarah. Di antara makam-makam tua, ada di antaranya yang dikeramatkan. Namun, beberapa situs candi yang nyaris tidak dapat dipertahankan keberadaannya.
Salah satu lokasi yang ada di Sedinginan adalah pemakaman orang Aceh. Menurut cerita rakyat yang disampaikan oleh Prof Suwardi, di pemakaman tersebut menuimpan banyak perhiasan emas, yang tatkala hujan melongsorkan tanah pemakaman dan membuat perhiasan emas turut mengalir bersama longsoran lumpur. Sejarah Sedinginan telah dimulai pada abad ke-7 atau ke-8 tatkala Kerajaan Sriwijaya masih eksis. Negeri-negeri di sepanjang maura Sungai Rokan, Inderagiri, Kampar, Batanghari, dan Siak merupakan kawasan penting bagi perekonomian Kerajaan Sriwijaya. Dari laporan I-Tsing, diperkirakan wilayah Rokan masuk daerah Moloyu.
Daerah Rokan Hilir kemungkinan dikuasai oleh Kerajaan Rokan Hilir. Dari hasil eskapasi tahun 1992, Candi Sintong diperkirakan dibangun pada abad ke-12 atau 13 M. Periode ini merupakan masa kemunculan Kerajaan Rokan, Gasib dan Kandis seiring dengan mundurnya kekuasaan Suwarnabhumi akibat berperang dengan Singosari. Samudra Pasai berperan dalam pengislaman di Rokan Hilir. Kehadiran Portugis di Samudera telah menyebakan banyak ulama atau keluarga kerajaan hijrah meninggalkan Pasai menuju Rokan. Pada masa inilah kemungkinan negeri-negeri di Rokan Hilir atau Riau pada umumnya menganut agama Islam. Tidak mengherankan apabila sejak abad ke-15, menurut Sejarah Melayu, Kerajaan Rokan sudah diperintah pleh seorang raja yang berasal dari keturunan Sultan Sidi saudara Sultan Sujak. Rokan kemudian menjadi negeri bawahan Melaka yang mulai naik daun sejak Mahapahit runtuh pada akhir abad ke-15. Sultan Muhammad Syah Raja Melaka (1425-1455) mengawini puteri raja Rokan yang dijadikan raja perempuan atau permaisuri Melaka.***