Lintang: -8.3117040
Bujur: 115.2253000
Di Pura Taman Beji ini terdapat bangunan permandian kuna yang kondisinya kurang terawat dan terdapat benda yang diduga sebagai benda cagar budaya Pura Taman Beji
Pura Taman Beji ini adalah berupa sebuah bangunan permandian kuna yang dahulunya dapat dipastikan memiliki kolam dan pancuran. Berdasarkan pengamatan terhadap bangunan kolam tersebut, terlihat adanya gaya bangunan dan struktur bangunan permandian yang kemungkinan berasal dari masa Bali Kuna. Dari hasil pengukuran terhadap struktur bangunan yang terlihat diatas permukaan tanah, dapat diketahui bahwa bangunan permandian ini berbentuk kolam dengan ukuran panjang sekitar 9 meter; lebarnya 6,5 meter. Permandian ini sumber mata airnya berasal dari dasar sebuah tebing yang ada di belakang permandian tersebut, dengan airnya yang yang sangat jernih dan disalurkan langsung ke dalam kolam permandian. kemudian ditampung dalam sebuah kolam yang berukuran 9 meter x 5 meter. Dasar kolam ini memiliki lantai selasar yang terbuat dari batu padas, dan diantara lantai-lantai selasar ini terpasang 5 buah saluran air yang kemudian disambungkan dengan kepala pancuran sebanyak 5 buah pancuran. Posisi saluran air yang terlihat masih insitu memiliki panjang 27- cm, yang terdiri dari beberapa buah batu saluran air, sebelum menyambung dengan arca pancurannya. Arca pancurannya terlihat ada yang berwujud Makara Jaladvara serta ada pula yang berupa arca Pancuran yang berwujud seorang wanita yang sedang dalam posisi jongkok dan air pancuran keluar melalui areal kemaluannya. Namun sangat disayangkan bahwa arca-arca pancuran ini sudah mengalami keausan yang cukup berat, sehingga sangat sulit untuk di identifikasi. Dari kolam permandian yang berselasar ini air disalurkan melalui pancuran dimana ditempat keluarnya air pancuran tersebut terdapat ruang selebar 1,5 meter dan panjang 9 meter, sesuai dengan panjang kolam permandian. Struktur bangunan permandian terlihat dengan sangat jelas dan masih cukup utuh. Sebagian batu padas bahan permandian tersebut terlihat diberikan lapisan penguat (lepa) sehingga terlihat seperti batuan andesit. MakaraJaladvara yang kondisinya masih cukup baik, memiliki ukuran Panjang 5- cm; Lebar 2- cm dan tinggi 45 cm. Batu padas yang dijadikan saluran air memiliki ukuran yang bervariasi ada yang panjangnya 4- cm; 38 cm dan ada pula yang 26 cm. Melihat penampilan struktur, lantai selasar, bentuk arca pancuran dan makarajaladvara yang terdapat pada permandian di Pura Taman Beji ini, kiranya memiliki kemiripan dengan permandian yang terdapat di komplek Gua Gajah, Bedulu, Gianyar.
Dengan demikian Permandian Pura Taman Beji ini kemungkinan berasal dari masa sekitar abad 1-- 12 Masehi. Menurut Kamus Istilah Arkeologi disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Candi adalah semua bangunan peninggalan kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia, baik itu berupa permandian, bangunan suci keagamaan, semuanya disebut Candi (Ayatrohaedi,1978). Jika acuan ini dapat kita terima, maka bangunan permandian ini juga dapat dikatagorikan sama dengan candi. Jika bangunan permandian ini dalam keadaan utuh maka akan terlihat bangunan yang sangat indah dengan tampilan nuansa yang sangat indah dari menara-menara sudut bangunan yang dilengkapi dengan arca-arca pancuran yang sangat indah. Tetapi sangat disayangkan banyak bagian-bagian bangunan yang sudah tidak terlihat lagi dan banyak bagian-bagiannya yang telah rusak/runtuh. Didalam kolam terlihat sebuah Kemuncak ( menara sudut) sebuah bangunan, dengan ukuran tinggi 47 cm dan tebal 15 cm, pada bagian bawahnya memiliki perbingkaian dengan puncak berbentuk bulatan.Pada awalnya masyarakat menduga benda ini sebagai sebuah Lingga. Akan tetapi dengan adanya perbingkaian tersebut jelas menunjukkan bahwa benda ini adalah sebuah Kemuncak (menara sudut)yang biasanya terdapat pada sebuah bangunan percandian. Bila dicermati dengan seksama serta dikaitkan dengan lingkungan yang ada, sangat besar kemungkinannya kemuncak ini berasal dari bangunan permandian di Pura Taman Beji tersebut.
B. Lingga semu/Patok sima
Benda ini berada diluar Pura Penataran Agung Bukian, memiliki ukuran tinggi 42 cm. Dasar segi empat berukuran 16x16x16 cm dengan bagian bulatan tingginya 26 cm. Mulanya masyarakat juga menyebutnya dengan lingga, tetapi karena bagian segi delapannya tidak ada, maka dugaan kami benda tersebut adalah lingga semu/patok sima atau patok batas sebuah wilayah pada masa yang lampau. Sesuai dengan namanya Patok Sima/lingga semu ini, dahulu memiliki fungsi sebagai batas sebuah wilayah yang memiliki sifat yang khusus bagi sebuah kerajaan yang kadang-kadang disebut dengan daerah Perdikan, Sima atau daerah swatantra. Sebuah lingga yang utuh atau lengkap untuk dijadikan sebuah simbul pemujaan, pada dasarnya memiliki 3 (tiga) bagian pokok yang disebut dengan Tri Bhaga. Yaitu bentuk paling bawah segi empat, disebut dengan Brahma Bhaga; diatas segi empat terdapat bentuk segi delapan yang disebut dengan Wisnu Bhaga dan yang paling atas berupa bulatan disebut dengan Ciwa Bhaga, serta pada bagian puncak bulatannya memiliki relief kalpika, sebagai petanda bagian utama/depan dari sebuah lingga. Jika tidak menampakkan ciri-ciri tersebut, tentunya harus diteliti terlebih dahulu konteksnya. Karena dalam kenyataanya di Bali yang kita lihat sekarang ini, banyak media pemujaan yang disebut Lingga oleh masyarakat, ternyata bentuknya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebuah batu alam monolit, yang bentuknya menyerupai pallus juga disebut dengan lingga. Oleh karena itu dalam hal penentuan nama dipertimbangkan pula makna dan tempatnya.