Lintang: -7.5617053
Bujur: 110.7962298
Perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) membangun jaringan kereta api pertama di Indonesia dengan lintas Semarang-Vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta) menggunakan lebar jalur 1.435 mm. Keberadaan kereta api difungsikan untuk mengangkut komoditas ekspor dari pedalaman ke Pelabuhan Semarang, terutama gula. Sebagai tempat pemberhentian kereta di Solo, NISM membangun Stasiun Purwosari. Stasiun ini dibangun di atas lahan milik Pangeran Adipati Mangkunegoro. Pada tahun 1870-an Stasiun Purwosari mulai dibuka untuk umum.
Sekitar awal tahun 1900-an, Stasiun Purwosari direnovasi secara besar-besaran. Didirikan bangunan baru yang lebih besar dan modern untuk kepentingan pelayanan penumpang maupun administrasi pegawai. Model dan gaya arsitektur Stasiun Purwosari serupa dengan Stasiun Ambarawa dan Stasiun Kedungjati yakni penggunaan konstruksi atap baja yang membentang menaungi dua bangunan utama stasiun dan emplasemen.
Selain melayani pengangkutan kereta api jarak jauh Semarang-Solo-Yogyakarta, Stasiun Purwosari juga sebagai tempat pemberhentian kereta api jarak dekat berupa trem. Terdapat sambungan jalur trem menuju Boyolali milik perusahaan trem swasta, Solosche Tramweg Maatschappij (STM) yang dibuka untuk umum tahun 1897. Pada awalnya STM menggunakan tenaga kuda sebagai penarik trem. Selain itu, terdapat jalur trem menuju Wonogiri milik NISM yang diresmikan tahun 1922. Berbeda dengan lintas Semarang-Vorstenlanden yang menggunakan lebar jalur 1.435 mm, trem Purwosari-Boyolali dan Purwosari-Wonogiri menggunakan lebar jalur 1.067 mm.
Stasiun Purwosari telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor : 646/1-R/1/2013 3 mei 2013 dan terdaftar di Registrasi Nasional Cagar Budaya dengan nomor RNCB.20160908.02.001259.