Lintang: -6.1376050
Bujur: 106.8145153
Stasiun Jakarta Kota di masa lalu lebih dikenal dengan nama Stasiun Beos. Beos
sendiri merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij
(Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Nama lainnya untuk Stasiun Jakarta
Kota yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul pada
akhir abad ke -19, karena Batavia memiliki stasiun kereta api Batavia Noord (Batavia
Utara yang yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang).
Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Netherland
Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan merupakan terminal untuk jalur Batavia-
Buitenzorg (Jakarta – Bogor), yang pada tahun 1913 jalur Batavia – Buitenzorg ini
dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staats Spoorwegen (SS)
(heritage.kai.id).
Batavia Zuid (Batavia Selatan) dibangun sekitar tahun 1870. kemudian ditutup pada
tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang ada sekarang. Pembangunan
stasiun ini sendiri selesai pada 19 Agustus 1929 dan digunakan secara resmi pada 8
Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan
penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa
pada zaman Hindia Belanda tahun 1926 – 1931 (heritage.kai.id).
Stasiun Jakarta Kota merupakan karya besar arsitek Belanda kelahiran
Tulungagung, 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels. Karya
tersebut dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen, yaitu perpaduan antara
struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat.
Dibuat dengan arsitektur art deco, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana. Sesuai
dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju
kecantikan. Siluet stasiun Jakarta Kota dapat dirasakan melalui komposisi unit-unit
massa dengan ketinggian dan bentuk atap berbeda (heritage.kai.id).